"Satunya sekitar USD60 juta hingga USD70 juta," kata Dirut Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Ashkara Danadiputra ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta Pusat, Kamis, 14 Maret 2019.
Garuda memang memesan 50 unit pesawat Boeing 737 Max 8. Namun dari jumlah tersebut yang baru didatangkan yakni satu unit pada 26 Desember 2017. Pesawat tersebut juga telah dioperasikan oleh perusahaan pelat merah ini sejak 1 Januari 2018.
Sehingga masih ada 49 armada lagi yang sedianya akan didatangkan kembali pada 2021 hingga 2030. Ari, sapaan Ashkara, mengatakan rencananya setiap tahun pesawat tersebut akan didatangkan sebanyak tiga hingga lima unit.
Namun dengan adanya peristiwa nahas yang menimpa jenis tersebut yang dioperatori oleh Ethiopian Airlines pada Minggu kemarin serta kecelakaan yang sama sebelumnya oleh Lion Air membuat Garuda berubah pikiran untuk melakukan negosiasi oleh pihak Boeing.
Termasuk kemungkinan untuk membatalkan pesanan, meski dia bilang hingga kini pihaknya belum melihat ke arah sana. Serta kompensasi dan berbagai hitung-hitungan terkait juga dengan penghentian operasi satu pesawat yang selama ini kebanyakan melayani rute ke Singapura.
"Kalau kita untuk yang existing (satu pesawat) ada narrow body Boeing, ya kita harus narrow body juga, harus Boeing atau tidak tergantung negosiasi ini, bisa jadi merek lain," ujar dia.
Ari mengatakan sebelum kejadian Ethiopian Airlines sebenarnya perseroan sudah dalam proses negosiasi untuk merestrukturisasi atau mengurangi armada Boeing 737 Max 8. Ia bilang dari 49 yang masih dipesan, Garuda ingin mengurangi menjadi 20 hingga 25 armada dan sisanya diganti dengan jenis Boeing 787.
"Tadinya pengiriman yang 49 mulai 2021 sampai 2030 rencana awal. Tapi kalau sekarang sudah pasti berubah (karena peristiwa Ethiopian). Ini memperkuat posisi negoisasi kita dengan Boeing," tutur Ari.
Dirinya mengatakan hingga kini Garuda Indonesia mengikuti arahan dari otoritas yakni Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), Kementerian Perhubungan yang menginstruksikan untuk menyetop operasional Boeing 737 Max 8 serta Federal Aviation Administration (FAA) atau lembaga regulator penerbangan sipil di Amerika Serikat yang juga melarang pesawat jenis tersebut untuk mengudara. Total ada 510 pesawat jenis tersebut yang beroperasi di semua negara.
"Kita melihat kalau safety-nya sudah benar-benar clear terjamin, itu baru kita akan negoisasi ulang yang 20 itu. Tapi kalau, enggak kita enggak berani dan ini terkait regulator FAA di AS sama Kemenhub di Indonesia," jelas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id