Lalang Waya sendiri diambil dari Bahasa Lampung, yang berarti suka ria. Menurut Ketua Umum Genpi Lampung Dito Dwi Novrizal, semua pengunjung Lalang Waya diharapkan bersuka ria.
“Lalang Waya Market adalah tindak lanjut dari suksesnya Festival Kanikan yang sudah dihelat pada medio Agustus 2018 lalu. Tujuannya masih sama, yakni ikut serta meningkatkan kunjungan wisatawan ke Lampung,” ujar Dito.
Meski terinspirasi Kanikan, Dito menjelaskan jika konsep Lalang Waya berbeda. Lalang Waya menerapkan konsep nomadic market. Yang artinya, bisa digelar di mana saja alias berpindah-pindah. Namun, Lalang Waya tidak melepaskan identitas sebagai destinasi digital. Banyak spot foto yang Instagramable dihadirkan. Terdapat juga pameran foto destinasi digital di seluruh Indonesia.
“Lalang Waya Market merupakan kolaborasi Genpi Lampung bersama Komunitas Lampung Foodies. Kami menyediakan 41 stan kuliner yang bakal memanjakan lidah pengunjung yang hadir,” ungkapnya.
Yang bikin berbeda, pengisi stan adalah pilihan. Mereka dipilih berdasarkan hasil seleksi. Tercatat 312 pendaftar yang bersaing mendapatkan 41 stan. Kuliner-kuliner yang terpilih juga harus kekinian dan populer. Namun, menu tradisional legendaris seperti kerak telor, sate padang, dan lain-lain tetap dihadirkan.
“Yang pasti rasanya harus enak dan halal. Menu yang disajikan pun harus berbeda antara satu stan dengan stan lainnya. Yang tak kalah penting, display juga harus bagus untuk dihadirkan di Lalang Waya Market,” jelasnya.
Yang juga menarik ialah sistem pembayaran. Kali ini, Genpi Lampung bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) menghadirkan aplikasi My QR atau dengan sistem barcode. My QR memberikan bonus ketika top up, sampai 80% untuk pengguna baru.
Untuk lebih memeriahkan Lalang Waya Market, ditampilkan pula beragam atraksi yang seru dari kumpulan berbagai komunitas. Seperti tari tradisional, beat box, modern dance, peragaan busana, akustik, dan lain-lain.
Ketua Genpi Nasional, Mansyur Ebo, memberikan apresiasinya.
“Kami berharap hadirnya Lalang Waya Market dapat menjadi ajang berkumpulnya komunitas kreatif sekaligus menggerakkan roda ekonomi, khususnya di Lampung,” tandasnya.
Pernyataan tidak jauh berbeda disampaikan Staf Khusus Menteri Pariwisata Bidang Komunikasi dan Media, Don Kardono.
“Genpi dituntut untuk selalu menghadirkan inovasi. Dan Genpi Lampung menerjemahkan hal tersebut dengan baik. Konsep yang dipakai juga unik dan kekinian, yaitu nomadic market. Konsep yang belum banyak digunakan,” kata Don.
Menpar Arief Yahya mengatakan, wisatawan umumnya mengeluarkan 30-40% dari total pengeluaran mereka untuk wisata kuliner dan belanja. Menurutnya, wisata kuliner mempunyai portofolio produk sempurna, karena ukuran dan penyebarannya besar, serta keberlanjutannya tinggi.
“Wisata kuliner memberikan kontribusi tertinggi bagi PDB (Pajak Domestik Bruto), yaitu 42%. Kedua adalah fesyen 18% dan ketiga kriya 15% yang masuk dalam kategori belanja,” ungkapnya.
Dengan alasan itu, Menpar memberikan apresiasi yang memberikan porsi besar untuk kuliner dan mengemasnya dengan menarik.
“Ada creative value yang diterapkan Genpi di Lalang Waya Market. Ini inovasi yang luar biasa. Apalagi mereka mengenalkan nomadic market. Luar biasa,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News