Penelitian The Economic Intelligence Unit (EIU) mengungkap beberapa fakta terbaru fenomena perang dagang yang tidak kunjung usai antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Malaysia dan Vietnam menjadi incaran baru bagi 'Negeri Paman Sam' untuk pemenuhan kebutuhan produk-produk elektronik yang selama ini didatangkan dari 'Negeri Tirai Bambu'.
Saat ini, ada tiga pabrikan elektronik raksasa di Malaysia, yakni Dell, Sony, dan Panasonic. Sementara itu, di Vietnam, terdapat Samsung dan Intel.
"Kedua negara itu telah mendapat investasi yang besar di sektor produk elektronik. Mereka juga telah memiliki infrastruktur yang sangat baik untuk mendukung pengembangan logistik," tulis EIU dalam laporannya.
Indonesia juga mendapat keuntungan untuk sektor yang sama. Hanya, manfaatnya tidak sebesar dua negara tetangga tersebut.
Indonesia, sebut laporan IEU, bisa mengambil keuntungan dengan mengamankan investasi-investasi yang sebelumnya sudah atau mungkin akan ditanamkan di Tiongkok.
Namun, Indonesia dinilai masih harus bersaing ketat dengan Thailand yang juga memiliki kesempatan sama.
Saat dihubungi di kesempatan berbeda, peneliti dari Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menekankan Indonesia harus bisa memetik hasil dari perang dagang tersebut. Sejak mengenakan tarif tinggi untuk berbagai produk, AS telah mengalihkan banyak impor dari Tiongkok.
Indonesia, lanjut Pingkan, harus bisa masuk dan merebut pasar yang telah lepas tersebut.
"Ini bisa dilakukan untuk memangkas defisit neraca dagang dengan AS. Pilihan komoditas ekspor yang tepat dan strategi diplomasi perdagangan Indonesia perlu terus dioptimalkan," ujar Pingkan. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News