"Industri seperti itu harus didorong dengan diberikan insentif untuk meningkatkan ekspor," katanya usai rapat terbatas bidang perekonomian di kantor Presiden, Jakarta, Rabu (17/12/2014).
Bambang menyebutkan, fasilitas ini satu-satunya insentif fiskal yang diberikan pemerintah kepada pengusaha di tengah merosotnya nilai mata uang rupiah. Selain insentif fiskal, pemerintah juga memberikan insentif berupa kemudahan untuk mendapatkan izin usaha. "Selama ini tax allowance itu belum dimanfaatkan secara optimal. Jadi kita dorong manufaktur," ujarnya.
Dia menambahkan, pemerintah tidak akan meminta Bank Indonesia melakukan intervensi untuk menjaga nilai rupiah agar tidak terus merosot. Pasalnya saat ini kurs dolar AS sedang dalam kondisi terbaiknya dimana menguat terhadap seluruh mata uang di dunia. "Kalau kita intervensi malah menghabiskan cadangan devisa, sementara nilainya tidak terbantu," ucapnya.
Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla menambahkan, melemahnya nilai tukar rupiah justru bisa mendorong terjadinya investasi, terutama investor asing, masuk ke Indonesia. Investor yang punya uang justru berpikir investasi mereka menjadi lebih karena pelemahan nilai rupiah ini. "Investasi lebih mungkin lebih terjadi karena dihitung dengan USD. Beda dengan Jepang," katanya saat jumpa pers usai rapat terbatas.
Menurut JK, apabila investasi masuk secara masif diperkirakan perekonomian nasional akan tumbuh. Karena itu, pemerintah harus segera mengantisipasi derasnya arus investasi ini dengan mempersiapkan infrastruktur dan perbaikan birokrasi di samping juga mempertimbangkan insentif untuk investasi. "Bisa saja insentifnya dengan tax holiday. Namun perbaikan infrastruktur pun juga insentif," katanya.
Di samping peluang untuk mendapatkan investor baru, tambah JK, pelemahan nilai rupiah ini bisa menjadi peluang untuk meningkatkan volume ekspor produk lokal. "Impor dari negara yang menggunakan USD pun juga bakal menurun. Ini justru menyebabkan stabilitas ekonomi menjadi lebih cepat," ujarnya.
JK juga mengingatkan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah hanya terjadi terhadap nilai USD. "Sementara untuk yen, ringgit Malaysia, dolar Australia, dan rubel Rusia kan menguat," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News