Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statistik (BPS) Adi Lumaksono mengakui bahwa yang membuat petani tak melirik untuk menanam kedelai karena tren HPP kedelai dari tahun ke tahun HPP terlalu kecil.
"Kan kalau ada kepastian harga bahwa petani itu akan dapat untung, maka dia pasti akan bertambah produksinya. Di satu sisi juga harga kedelai di Indonesia ini jauh lebih murah. Jadi ini yang membuat kedelai tak menarik," ucap Adi ditemui usai konferensi pers Hasil Sensus Pertanian 2014 di kantor BPS, Jalan Dr Soetomo Nomor 6, Jakarta Pusat, Selasa (23/12/2014).
Memang, struktur ongkos yang terdapat dalam usaha tanaman kedelai seperti upah pekerja dan jasa pertanian, sewa lahan, bibit/benih, pupuk, serta pestisida cukup memakan pendapatan petani kedelai yang hanya Rp9 juta per hektar per musim tanam. Oleh karena itu, sebut dia, pemerintah harus turut campur tangan terhadap struktur ongkos dalam usaha tanaman kedelai.
Pertama, jelas dia, pemerintah harus menaikkan harga jual kedelai itu sendiri agar petani bergairah menanam kedelai. "HPP kedelai yang tinggi bisa membuat petani itu bergairah, ini yang harus diperhatikan dalam membuat kebijakan," tutur dia.
Sedangkan yang kedua, lanjut Adi adalah dengan melihat komponen-komponen dalam struktur ongkos yang harus diberikan insentif oleh pemerintah. ""Hal-hal inilah yang sekarang menjadi program pemerintah agar kita bisa berswasembada baik pada komoditas padi, jagung maupun kedelai," pungkas Adi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News