Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta Kamdani mengatakan, gugatan pemerintah Indonesia terhadap kebijakan UE merupakan hal yang wajar dilakukan. Apalagi UE juga memberlakukan tarif bea masuk impor atas produk biodiesel dari Indonesia hingga 18 persen.
Adapun melalui Perutusan Tetap Republik Indonesia (PTRI) di Jenewa, Swiss, gugatan resmi diajukan untuk menghadapi tindakan UE di WTO pada 9 Desember 2019. Gugatan diajukan terhadap kebijakan Renewable Energy Directive II (RED II) dan Delegated Regulation UE yang dianggap mendiskriminasikan produk kelapa sawit Indonesia.
"Itu lumrah saja, memang mekanismenya ada, silahkan saja Indonesia gugat kalau Indonesia didiskriminasi, itu proses legal hukum yang harus dijalankan," kata Shinta ditemui usai menghadiri acara diskusi di Hotel Mandarin, Jakarta Pusat, Senin, 16 Desember 2019.
Namun, kalangan pengusaha terus mewaspadai isu yang berkembang terkait kelapa sawit. Terlebih potensinya sangat besar untuk berujung pada peningkaan tensi perdagangan UE dan Indonesia.
"Saya rasa tensi itu selalu pasti ada saja terutama dalam keadaan seperti ini," ucap Shinta.
Shinta berharap proses hukum terhadap sebuah produk yang disengketakan diharapkan tak berkepanjangan. Kedua negara dinilai masih saling membutuhkan dalam pemenuhan produk padat karya.
"Yang penting kita melakukan sesuai norma yang baik kita juga tidak bisa sembarang retalisasi, selama kita bisa ya tidak ada masalah. Namanya B to B ( business to business), kita melihat apa yang paling bermanfaat, UE masih butuh Indonesia begitu juga sebaliknya," ungkapnya.
Indonesia dan UE juga saat ini tengah menginisiasi tercapainya kerja sama perdagangan komprehensif (RI-EU CEPA). Negosiasi yang dilakukan tak boleh tergoyahkan hanya lantaran melebarnya masalah Kelapa Sawit.
"Kelapa sawit harus melalui mekanisme yang benar, WTO sudah benar. Di luar itu ekspor produk lain bahkan akan kita tingkatkan, Pemerintah juga sedang negosiasi perjanjian EU CEPA, meningkatkan hubungan ekspor padat karya kita ke sana," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News