"Untuk memenuhi target peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan air minum, kondisi PDAM harus sehat, sehingga mampu mengoperasikan SPAM secara efektif dan efisien melalui manajemen internal PDAM yang kuat," kata Direktur Pengembangan Air Direktorat Jenderal Cipta Karya KementerianPU-Pera, Mochammad Natsir, ketika ditemui dalam acara workshop Road Map Efisiensi Energi PDAM, di gedung Kementerian PU-Pera, Jakarta, Rabu (11/2/2015).
Berdasarkan penilaian kinerja PDAM yang dilakukan Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) pada 2014, dari 359 PDAM, hanya 182 PDAM yang berstatus sehat, 103 PDAM kurang sehat, dan 74 PDAM berstatus sakit.
Pemanfaatan energi yang efisien menjadi isu penting karena menjadi penyebab utama masih belum optimalnya kinerja PDAM. Sejak 2012, Ditjen Cipta Karya didukung USAID bersaama Perpamsi, ADB, World Bank, mulai mengembangkan program efisiensi energi. Pelaksanaan efisiensi energi akan berdampak langsung terhadap peningkatan pendapatan PDAM yang selanjutnyaa dapat mendorong PDAM untuk beroperasi secara sehat.
Menurut Natsir, permasalahan yang dihadapi dalam penyediaan air minum saat ini antara lain masih rendaahnya cakupan pelayanan air minum. Cakupan pelayanan air minum yang aman secara nasional pada 2014 baru mencapai 70,05 persen. Masih terdapat gap sebesar 29,95 persen yang harus dicapai dalam memenuhi target sebesar 100 persen penduduk Indonesia yang terlayani akses aman air minum di akhir 2019.
"Rendahnya cakupan pelayanan secara operasional merupakan refleksi dari pengelolaan yang kurang efisien maupun kurangnya pendanaan untuk pengembangan sistem yang ada," ungkap Natsir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News