"Masih terbatasnya insentif petani untuk meningkatkan produksi sawit dan imbas harga komoditas yang masih di bawah rata-rata harga pada 2014 dan 2015 berdampak pada menurunnya kinerja lapangan usaha pertanian," kata Kepala BI perwakilan Sumbar Puji Atmoko dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan II Provinsi Sumatera Barat dikutip dari Antara, Senin (26/9/2016).
Menurutnya meskipun harga Tandan Buah Segar (TBS) dan Bahan Olah Karet terus membaik, pencapaian harga yang masih berada di bawah rata-rata pada 2014 dan 2015 belum dapat mendorong petani meningkatkan produksi pada triwulan II-2016.
“Selama triwulan II-2016, harga rata-rata TBS mencapai Rp1.521 per kilogram (kg) dan dan bahan olah karet Rp13.067 per kg atau lebih rendah dibandingkan harga rata-rata 2014 yaitu Rp1.793 per kg untuk TBS dan Rp15.090 per kg untuk bahan olah karet,” ujar dia.
Ia mengatakan terbatasnya produksi sawit dan karet sejalan dengan rendahnya penyerapan ekspor Sumatera Barat terhadap kedua komoditas tersebut.
Dari hasil kajian perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan terungkap faktor kabut asap dan kemarau di daerah sentra produksi tahun lalu berimbas pada turunnya produksi yang baru dirasakan pada triwulan II-2016.
Selain itu melambatnya pertumbuhan lapangan usaha pertanian terkonfirmasi dari Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) BI Sumbar yang menunjukkan kapasitas produksi terpasang lapangan usaha pertanian turun dari 76,73 pada triwulan I-2016 menjadi 61,26 pada triwulan II-2016.
Sebelumnya Wakil Bupati Pasaman Barat, Yulianto mengatakan Pasaman Barat merupakan kabupaten penghasil kelapa sawit terbesar di Sumbar yang telah dikembangkan sejak 1985.
Ia menyebutkan pada 2015 ada 15 perusahaan kelapa sawit dengan luas 61.699 hektare, Plasma 22.150 hektare dan perkebunan rakyat swadaya seluas 101.153 hektare dengan total luas keseluruhannya mencapai 163.552 hektare.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News