Memanfaatkan limbah atau sampah pohon aren, Wibowo (30) dan Astuti (28), warga RT 05/RW 06, Dusun Bringin, Desa Tegalsari, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah berhasil menciptakan produk baru berdaya jual tinggi, yakni tali ijuk.
Berada sekitar lima belas kilometer (km) dari pusat kota Temanggung, letak desa tersebut memang cukup tersembunyi. Namun, jika melongok ke dalamnya, pemandangan tak biasa mungkin akan kita lihat. Yakni tumpukan ijuk mentah yang terdapat hampir di semua sudut rumah warga.
Setelah ditelisik lebih jauh, ternyata sebagian besar warga yang didominasi kaum hawa memiliki profesi sampingan sebagai pengrajin tali ijuk dengan ciri khas warna hitam alami. Pekerjaan seperti ini makin ramai diminati sejak dua tahun belakangan, ketika sepasang suami istri muda mencetuskan sebuah ide cemerlang dalam ranah bisnis yang dipasarkan secara luas lewat media online. Bahkan, saat ini mereka berperan sebagai pengepul dengan bendera bernama "Home Industri Argo Jaya".
Astuti atau yang akrab disapa Tutik menjelaskan, awal mula ide kreatif ini muncul adalah ketika melihat sejarah panjang nenek moyang dari desa tersebut yang terkenal mahir dalam membuat kerajinan tali ijuk dengan kualitas terbaik. Ironisnya, meski telah puluhan tahun dilalui, namun potensi ini belum mampu mengangkat perekonomian masyarakat setempat.

Pengrajin tali ijuk di Temanggung.
Bersama suaminya, Wibowo, ia pun akhirnya nekad menawarkannya lewat media online. Tak disangka, upaya coba-coba ini mendapat respons menggembirakan dari pasar. Pesanan pun perlahan mulai mengalir.
"Permintaan menjadi semakin banyak hingga kewalahan. Akhirnya, kami menawarkan pekerjaan sampingan untuk pembuatan tali ijuk ini kepada masyarakat setempat, khususnya ibu ibu. Saat ini sudah ada sekitar 60 orang," jelasnya.
Astuti mendatangkan bahan baku ijuk mentah atau istilahnya kakaban dari berbagai wilayah seperti Kabupaten Batang, Pekalongan, Kendal, Blora, dan Temanggung. Kemudian ia menjual lagi dengan harga Rp3.000 hingga Rp4.500 per kilo, tergantung kualitas, kepada masyarakat. Bahan mentah inilah yang akhirnya diolah lagi menjadi tali ijuk untuk kemudian dijual lagi kepadanya. Tali ijuk siap pakai tersebut kemudian dipasarkan lewat media online.
Para pembeli atau pelanggan yang berasal dari berbagai provinsi seperti Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) biasa menggunakan tali ijuk sebagai tali bambu proyek bangunan, budidaya kerang mutiara, atau tali jangkar kapal. Ia biasanya mengirimkan paket pesanan lewat jasa bus.
"Tali ijuk memiliki keistimewaan, yakni tidak pernah busuk, semakin kuat apabila kena air, tidak mudah molor, dan menghasilkan ikatan yang lebih kencang dari tali jenis lain. Garansinya juga seumur hidup. Bahkan, tali dari desa ini pernah diklaim sebagai yang terbaik di Indonesia," bebernya.
Dengan harga setiap gulung atau 20 meter tali ukuran kecil Rp8.000 dan besar Rp15.000, ia mampu mengirimkan sekitar 1.000 gulung setiap pekannya. Omzet yang didapat pun tak main-main, dari semula hanya membeli 2 ton ijuk mentah, setelah diolah menjadi tali mampu menghasilkan omzet sebesar Rp20 juta hingga Rp30 juta per bulan. Dari situ, dihasilkan laba bersih mencapai Rp15 juta sampai Rp20 juta.
"Kalau kita mau, sebenarnya banyak celah bisnis," ujar dia singkat.
Romiyati (40), salah seorang pengrajin mengungkapkan, dalam sehari ia mampu menghasilkan minimal 10 gulung tali ijuk. Dengan profesi sampingan ini, ia bisa mendapatkan uang tambahan hingga Rp80.000 per hari.
Untuk menghasilkan tali ijuk seperti ini, semua warga masih menggunakan metode manual. Tahapannya adalah pertama ijuk mentah dibersihkan, kemudian dileles, ditemok, dionthel, diteloni, dikapati, dipranemi, hingga proses akhir diobori atau disulut dengan api. Tujuannya adalah untuk merapikan serat ijuk yang masih pada tali.
"Istilah yang digunakan selama proses pembuatan memang seperti itu, mungkin asing di telinga. Tapi itu diberikan sejak turun temurun," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id