Melalui kerja sama ini, Direktur Utama Lion Parcel Fahrian Kirana meyakini ongkos logistik bisa bisa dihemat cukup signifikan.
"Contoh kalau kita kirim pakai udara total biaya bisa Rp8 ribu sampai Rp9 ribu per kilogram (kg), kalau pakai Kalog cuma Rp2 ribu per kilogram. Lebih hemat seperempatnya," ujar Fahrian di kantornya, Jakarta Barat, Jumat, 8 Maret 2019.
Fahrian menambahkan ada banyak biaya yang harus dikeluarkan jika menggunakan jasa pengiriman udara. Dengan hadirnya alternatif pengiriman barang via darat, pihaknya optimistis efisiensi bisa mencapai 400 persen.
"Karena kalau pakai udara itu ada banyak biaya, enggak cuma sebatas muatan udaranya sendiri, tapi juga ada biaya x-ray, screening, gudang dan lain-lain. Kurang lebih sudah bisa sama membayar untuk transportasi pakai kereta," kata dia.
Selain itu, pengiriman via darat, terutama untuk tujuan Pulau Jawa dinilai lebih hemat waktu ketimbang menggunakan jasa udara.
"Kalau pesawat persiapannya banyak, untuk melakukan pengiriman harus disiapkan lima jam sebelumnya. Setelah mendarat pun ada waktu dua jam untuk bongkar muat. Kalau pakai kereta api lebih singkat, dan untuk provinsi yang enggak punya bandara langsung bisa lebih cepat," paparnya.
Tingginya tarif kargo udara mau tidak mau mengubah peta pengiriman logistik di Indonesia yang semula banyak mengandalkan udara, kini harus mulai memanfaatkan jalur darat dan laut. Hal ini menjadi sebuah pilihan bisnis yang tak bisa dihindari.
Menurut Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), positifnya, kenaikan ini membuka peluang-peluang baru jasa angkut barang melalui jalur darat.
"Suatu kenyataan yang akan mengubah landscape logistik di Indonesia, dan akan membuka peluang-peluang baru dari sisi logistik. Jadi kita harus menerimanya dan memanfaatkan," ujar Ketua Asosiasi Logistik Indonesia Zaldy Ilham Masita, saat dihubungi Medcom.id, belum lama ini.
Zaldy mengungkapkan peluang itu bisa tercipta dari hadirnya tol Trans Jawa yang menghubungkan Jawa Barat hingga Jawa Timur, atau memanfaatkan pengangkutan barang menggunakan kereta api atau kapal laut. Pengiriman barang di dalam Pulau Jawa pun bakal lebih mudah dan murah. Hal ini tentu berdampak pada penurunan pelanggan kargo udara.
"Tol Trans Jawa juga menjadi alternatif lain untuk pengiriman cepat di Jawa karena untuk pengiriman ke Jateng dan Jatim sudah bisa kurang dari 24 jam," imbuh dia. Namun demikian, lanjutnya, perubahan peta logistik Tanah Air diharapkan tidak menjadi ladang mencari keuntungan melalui kartel. "Tapi jangan sampai kenaikan SMU mencari keuntungan berlebih," tambah Zaldy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News