"Dengan angka kelahiran rata-rata 4,5 juta jiwa per tahun, Indonesia dapat menjadi pasar terbesar se-Asia Tenggara," terangnya melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin, 22 April 2019.
Selain memenuhi kebutuhan pasar domestik, Sutjiadi mengungkapkan AMI terus menggenjot industri mainan nasional agar semakin agresif mempeluas pasar ekspor. Tutupnya beberapa pabrik mainan di Vietnam membuat peluang industri mainan di Indonesia kelimpahan pesanan.
"Kemungkinan, pasar mainan akan lebih tancap gas mulai kuartal kedua setelah Pemilu," ucapnya.
Guna menggairahkan bisnis mainan di dalam negeri, Indonesia membutuhkan investasi baru. Salah satu strateginya, AMI akan menyelenggarakan kembali pameran yang diikuti enam negara pada 18-20 Juni 2019 di JIExpo. Dalam pameran ini bakal ditampilkan teknologi produksi mainan terbaru.
Pada tahun lalu AMI telah meneken nota kesepakatan (MoU) dengan Chaiyu Exhibition berkenaan dengan kerja sama antara pengusaha Indonesia dan Tiongkok. Dengan kolaborasi ini, diharapkan perusahaan mainan asal China berinvestasi membangun pabrik di Indonesia, terutama untuk memproduksi komponen seperti gear box, baut dan keypad.
Data Kemenperin mencatat capaian nilai ekspor mainan anak-anak pada 2018 mampu menembus USD319,93 juta atau naik 5,79 persen dibandingkan perolehan periode sebelumnya sebesar USD302,42 juta. Pada 2017 nilai investasi industri mainan di Indonesia mencapai Rp410 miliar, dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 23.116 orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id