"Data ekspor dan impor yang kami amati dengan melihat tren Desember hingga Januari dari tahun ke tahun tidak ada perubahan signifikan tahun ini," kata Syarif di Kantor Staf Presiden, Jakarta Pusat, Jumat, 14 Februari 2020.
Ia menyebut setiap dua minggu sebelum maupun sesudah Imlek selalu terjadi penurunan. Sehingga kelesuan di sektor mikro itu merupakan hal wajar.
Di sisi lain, Syarif membeberkan persentase negara pengimpor. Dia mengakui Tiongkok menjadi negara impor terbesar dengan persentase 27 persen. Negara kedua Singapura yakni 10 persen, disusul Jepang dan Korea Selatan.

Ilustrasi. Foto: dok MI.
Namun faktanya, dari 2018 hingga Februari 2019, impor share Tiongkok meningkat 28 persen. Bahkan naik menjadi 30 persen di Februari 2020.
"Tapi ini memang data yang ada saat ini. Belum ada pengaruh dari kejadian virus korona. Lalu bagaimana ke depannya? Kami tetap akan melakukan monitoring," ujar dia.
Syarif tak membantah bila terjadi penurunan di sektor ekspor dan impor. Namun, belum bisa dipastikan penurunan itu lantaran virus Covid-19 atau bukan.
"Kalau turun belum bisa dibilang karena virus korona. Barang impor dari laut. Prosesnya cukup panjang. Lebih dari satu minggu sehingga efek dari korona belum kelihatan," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News