Menko Perekonomian Darmin Nasution (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Menko Perekonomian Darmin Nasution (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)

Indonesia Siap Cetak Jutaan Tenaga Kerja Terampil

Eko Nordiansyah • 09 Desember 2016 10:53
medcom.id, Jakarta: Pemerintah tengah menggodok sejumlah rencana penyiapan tenaga kerja di sektor prioritas. Hal ini sesuai perintah Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) agar masalah ini bisa terealisasi secepatnya.
 
"Presiden selalu mengingatkan agar kita menyiapkan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas dalam jumlah jutaan, bukan ratusan ribu lagi," kata Menteri koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (9/12/2016).
 
Ada delapan profesi yang masuk dalam kebijakan pasar bebas seperti tercantum dalam ASEAN Mutual Recognition Arrangement (MRA). MRA masing-masing profesi telah menetapkan standar dan kompetensi yang diperlukan di kancah ASEAN. Nantinya, Indonesia bisa menerima tenaga kerja dari negara-negara ASEAN untuk profesi-profesi ini, begitu juga sebaliknya.

Delapan profesi itu adalah insinyur, arsitek, tenaga pariwisata, akuntan, dokter, dokter gigi, surveyor, dan perawat. Sedangkan sektor prioritas dalam konteks Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) berjumlah 12 sektor, yakni produk berbasis agro, produk berbasis karet, produk berbasis kayu, e-ASEAN, kesehatan, transportasi udara, elektronika, pariwisata, tekstil dan produk tekstil, perikanan dan produk perikanan, otomotif, dan jasa logistik.
 
Untuk mencetak tenaga kerja terampil yang dibutuhkan industri, pemerintah merancang pendidikan dan pelatihan vokasi yang diprioritaskan di bidang pembangunan infrastruktur, sertifikasi tanah rakyat, industri manufaktur, farmasi, dan pariwisata.
 
"Untuk menyediakan tenaga kerja besar-besaran, kita butuh tempat pelatihan dengan peralatan yang benar-benar seusai dengan yang dibutuhkan industri. Jadi kalau lulus, tak perlu ada adjustment lagi," ujar Darmin.
 
Oleh karena itu, Darmin menegaskan perlunya identifikasi mengenai profesi apa saja yang dibutuhkan industri, termasuk industri dengan skala yang besar agar bisa dilihat dari sisi demand-nya. Kalau tidak begitu, Indonesia tidak akan pernah melahirkan kelembagaan yang kuat untuk pelatihan dan sertifikasinya.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan