Industri Pariwisata Indonesia Catat Transaksi Rp6 Triliun Pariwsata Indonesia. ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya.
Industri Pariwisata Indonesia Catat Transaksi Rp6 Triliun Pariwsata Indonesia. ANTARA FOTO/ Budi Candra Setya.

MEA Jadi Peluang Sumsel Genjot Pariwisata

14 April 2016 21:17
medcom.id, Palembang: Kajian ekonomi Bank Indonesia (BI) menyimpulkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sejatinya menjadi peluang emas bagi Sumatera Selatan untuk menggenjot sektor pariwisata.
 
"Dalam era integrasi ekonomi saat ini, sektor pariwisata Sumsel sudah memiliki sejumlah keunggulan untuk memenangkan persaingan tingkat ASEAN," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII Sumatera Bagian Selatan Hamid Ponco Wibowo di Palembang, Kamis (14/4/2016).
 
Ponco, seusai acara Diseminasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sumatera Selatan, mengatakan keunggulan itu di antaranya sudah memiliki jadwal penerbangan ke sejumlah negara ASEAN seperti Singapura dan Malaysia dengan didominasi maskapai penerbangan bertarif rendah. Kemudian, Sumsel telah memiliki bandara berskala internasional yang 50 persen kapasitas terpasangnya sudah tercapai.

"Keunggulan lain, Sumsel kini sudah dikenal karena sejumlah ajang skala internasional terutama di bidang olahraga sering diadakan di Palembang. Tentunya ini menjadi daya tarik tersendiri bagi kota yang pada 2018 akan menjadi tuan rumah Asian Games," kata dia.
 
Dengan keunggulan itu, Sumsel seharusnya bisa meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan secara signifikan sejak MEA diberlakukan per 1 Januari 2015, apalagi Sumsel dari sisi Price Competitiveness Index (PCI) sudah berada di atas rata-rata nasional.
 
"Saat ini jumlah wisatawan ASEAN yang berkunjung ke Sumatera setiap tahunnya mencapai 1,6 juta orang, sementara potensi diperkirakan mencapai 28 juta orang. Jika Sumsel bertekad memanfaatkan keunggulan ini maka BI menilai inilah saatnya," ungkap dia.
 
Namun, BI juga tidak menutup mata mengenai sejumlah faktor penghambat di sektor pariwisata ini, di antaranya belum memadainya infrastruktur dan minimnya SDM yang kompeten di bidang ini.
 
"Inilah tantangannya, tinggal bagaimana menyiasatinya termasuk bagaimana mengelola promosi dengan melibatkan jasa penyedia layanan akomodasi dan jasa layanan transportasi wisata, serta dari pemerintahnya sendiri," jelas dia.
 
Menurut Ponco, promosi ini sangat penting mengingat setelah diterapkan kebijakan bebas visa terhadap 90 negara sejak November 2015, diketahui belum berpengaruh pada peningkatan jumlah wisatawan.
 
"Perlu diiringi kebijakan promosi ke negara tujuan yang lebih gencar lagi," pungkas dia.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan