Illustrasi. MI/ADAM DWI.
Illustrasi. MI/ADAM DWI.

OJK Tak Khawatir Duniatex Gagal Bayar Utang

Desi Angriani • 24 Juli 2019 20:28
Jakarta: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tak khawatir dengan kasus gagal bayar kupon obligasi PT Delta Merlin Dunia Textile (DMDT) yang tergabung dalam Grup Duniatex. Gagal bayar ini terjadi empat bulan berselang penerbitan obligasi senilai USD300 juta dengan kupon 8,625 persen per tahun.
 
Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menilai kondisi tersebut tidak begitu mempengaruhi kondisi penyaluran kredit perbankan. “Default yang ada adalah spesifik jadi adalah kasus spesifik perusahannya yang tidak ada kaitannya dengan ekonomi atau industri secara umum, jadi tidak bisa diambil kesimpulan,” ujarnya di Menara Radius Prawiro, Kompleks Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Rabu, 24 Juli 2019.
 
Wimboh mengaku masih optimistis pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai target sebesar 12 persen plus minus satu persen secara tahunan (yoy). Bahkan target tersebut direvisi naik setelah Bank Indonesia (BI) menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 0,5 persen dan memangkas suku bunga acuan menjadi 5,75 persen.

"Kemarin (kami) pesimistis karena belum melihat tanda-tanda pelonggaran kebijakan moneter. Sekarang optimistis bisa mencapai target pertumbuhan kredit di 12 persen plus minus satu persen," ungkapnya.
 
Sementara itu, Dewan Komisioner Pengawas Perbankan Heru Kristiyana mengatakan OJK terus mencermati risiko gagal bayar kredit yang selama ini disalurkan kepada korporasi.  Menurutnya risiko gagal bayar dari beberapa perusahaan hingga kini masih belum mengganggu kinerja perbankan. Sebab, biasanya perusahaan yang mengalami masalah pembayaran terus melakukan restrukturisasi.
 
"Kita lihat satu-satu di mana kreditnya. Sampai sekarang belum. Pasti mereka punya cara restrukturisasi. Itu kan pasti direstrukturisasi. Tidak otomatis jadi macet," ujar Heru.
 
Adapun OJK mencatat penyaluran kredit perbankan hingga semester I-2019 masih tumbuh stabil pada level 9,92 persen yoy, dengan pertumbuhan tertinggi pada sektor listrik, air, dan gas, konstruksi, serta pertambangan.
 
Bahkan risiko kredit juga tercatat masih stabil pada level yang rendah, tercermin dari rasio Non-Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,50 persen, terendah pada posisi akhir semester-I dalam lima tahun terakhir.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan