Direktur Riset Center of Reform on Economics atau CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam menilai menarik FDI adalah upaya yang sudah dilakukan pemerintah. Namun, itu bukan cara yang paling tepat untuk mengatasi defisit.
"Yang paling penting adalah perubahan struktur perekonomian secara menyeluruh," ujar Piter saat dihubungi Medcom.id, Selasa, 3 September 2019.
Soal FDI, lanjut Piter, instrumen tersebut hanyalah solusi jangka pendek untuk menutupi defisit, bukan menyelesaikannya.
"Jadi dalam balance of payment itu ada dua neraca besar. Pertama CAD kita yang selalu defisit. Kedua, adalah aliran neraca modal. Aliran FDI akan masuk ke neraca modal dan akan menutupi CAD. Tapi ketika investor mulai mendapatkan keuntungannya, dana itu ditarik kembali, dan terjadi defisit lagi," paparnya.
Agar dana asing efektif menekan CAD, pemerintah perlu membuat regulasi untuk menahan investor menarik dananya ketika sudah mendapatkan keuntungan.
"Memang perlu terobosan. Misal ketika ada orang Tiongkok investasi di indonesia, saat keuntungan sudah ada, dananya tidak boleh langsung dibawa ke negara asal. Harus ditahan dulu beberapa tahun," jelasnya.
Sayangnya, menurut Piter, pemerintah masih tidak percaya diri dalam memberlakukan regulasi tersebut. "Pemerintah masih takut aturan ini akan mengurangi minat investor yang masuk," pungkasnya.
CAD mencapai tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) berdasarkan data Bank Indonesia. Temperatur defisit transaksi berjalan itu meningkat dari USD7 miliar menjadi USD8,4 miliar di kuartal II-2019.
Serupa, nilai neraca perdagangan Indonesia pada Juli 2019 masih mengalami defisit USD63,5 juta. Secara akumulasi, neraca perdagangan sepanjang Januari-Juli 2019 mencatat defisit USD1,90 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News