Direktur Utama Bank Muamalat Achmad K Permana mengatakan penambahan modal akan digunakan untuk meningkatkan pembiayaan, memperkuat modal, hingga menambah segmentasi bisnis. Namun kebutuhan dana Bank Muamalat masih tergantung pada rencana ekspansi bisnis.
"Kan saya bilang kalau kita bicara selama ini kan Rp4,5 triliun. Mau Rp4,5 triliun, Rp5 triliun atau Rp6 triliun itu tergantung nanti ekspansi bisnis sama write off, kan bisa jadi satu yang penting secara compliance-nya bisa disesuaikan," kata dia ditemui usai rapat di Komisi XI DPR, Senayan, Jakarta, Rabu, 11 April 2018.
Dirinya menambahkan Bank Muamalat akan memperluas bisnis ke arah ritel serta korporasi, khususnya yang fokus di bisnis syariah. Menurut Permana langkah ini dimaksudkan agar Bank Muamalat mampu bersaing dengan kompetitor bank syariah lainnya, serta memperluas lini bisnis Bank Muamalat.
"Karena orang kalau bicara segmen itu orang langsung top of mind-nya Bank Muamalat. Jadi kita ingin bangun itu sebagai core business kita ke depannya dan harus dibangun dari sekarang. Enggak langsung meninggalkan bisnis model yang ada sekarang tapi harus mulai dibangun di situ," jelas dia.
Selain itu, tambahan modal juga akan digunakan untuk pencadangkan menurunkan pembiayaan bermasalah atau non performing finance (NPF) yang saat ini sebesar 4,43 persen (yoy) selama 2017. Tak hanya itu, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) Muamalat bisa menjadi 20 persen dari yang saat ini 11,58 persen.
"Itu simulasinya akan menjadi dari angka Rp4,5 triliun itu berapa akan dipakai ekspansi berapa untuk pencadangan itu butuh agreement dengan investor baru, nanti ditambah lagi misal apa perlu kita keluarkan sukuk yang kedua, banyak sekali skenarionya, jadi enggak stuck. Tergantung nanti model bisnis new bank kita bangun berapa," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News