Direktur Program Indef Berly Martawardaya mengatakan hampir semua mitra pengemudi sebanyak 81 persen mengaku mendapat opik setiap minggunya dan hampir 37 persen mitra pengemudi mengaku mendapat opik setiap harinya.
"Temuan dapat merugikan perusahaan dan merugikan penghasilan mitra pengemudi yang bekerja dengan jujur," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Kamis, 7 Juni 2018.
Ia menambahkan tindakan pengemudi tersebut menggunakan Global Positioning System (GPS) palsu. Dengan itu pengemudi tanpa harus benar-benar membawa penumpang dalam menyelesaikan perjalanan.
"Lalu dilengkapi dengan nomor yang beragam untuk membuat akun palsu. Hal tersebut ditujukan demi mendapat insentif yang dijanjikan setelah mencapai target perjalanan," jelas dia.
Lebih lanjut empat dari 10 mitra pengemudi percaya bahwa perusahaan aplikasi tidak mendeteksi fenomena opik di lapangan. Sedangkan penyedia aplikator yang rentan mengalami kecurangan sistem adalah Go-Jek.
"Mitra pengemudi Go-Jek menunjukkan tingkat kepercayaan lebih rendah sebanyak 46 persen pada Go-Jek karena perusahaannya mengetahui praktek curang tapi membiarkannya, dan angka ketidakpercayaan pada Grab sebanyak 30 persen," tuturnya.
Oleh sebab itu, Berly menyarankan untuk penyedia layanan harus lebih aktif mengembangkan tekonologi untuk menangkal praktek opik. Sehingga mitra pengemudi dan perusahan baru bekerja sama.
"Perusahaan juga harus menjatuhkan hukuman seberat-beratnya untuk mitra pengemudi yang ketahuan melakukan tindakan curang," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id