"Ini kan sudah terjadi. Sekarang yang kita antisipasi dua yang ada saat ini jangan jadi satu lagi. Kalau itu terjadi, baru namanya monopoli," kata Budi usai di kawasan Palmerah, Jakarta Barat, Selasa, 3 April 2018.
Budi tak menampik akuisisi Uber oleh Grab akan menimbulkan dampak tertentu. Namun, ia menilai kejadian akuisisi ini bisa memberikan koreksi terhadap jumlah armada angkutan online yang ada. Dengan begitu, akan tercipta keseimbangan pasar baru dalam industri moda transportasi daring tersebut.
"Kita mengambil hikmahnya, bahwa ada suatu koreksi dari segi jumlah (armada). Ada satu ekuilibrium baru dari jumlah itu. Kita melihat ada head to head saat ini dan kita ingin mereka tetep eksis, tetep kompetesi, mereka melayani semua," ungkapnya.
Grab telah resmi mengakuisisi Uber. Aset dan operasional Uber di sejumlah negara Asia Tenggara yang akan segera dialihkan ke Grab yakni Kamboja, Indonesia, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Sebagai bagian dari akusisi, Uber akan memiliki 27,5 persen saham di Grab dan Dara Khosrowshahi selaku CEO Uber akan bergabung dengan dewan direksi Grab.
Hengkangnya Uber dari wilayah Asia Tenggara menandakan layanan ride-sharing tersebut sudah menyerah tiga kali dalam bersaing dengan para kompetitornya.
Sebelum menjual layanan operasionalnya di Asia Tenggara ke Grab, Uber juga sempat melakukan hal serupa kepada pesaingnya di Didi Chuxing, Tiongkok, dan Yandex, Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News