"Saya ingatkan Presiden (Joko Widodo) bicara Merauke, bicara beras, ini bukan menarik. Ini bicara sensitif," kata Anang dalam diskusi pangan kita, di Restoran Bumbu Desa, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (18/5/2015).
Anggota Komite II yang membidangi masalah pertanian, perikanan, peternakan, kehutanan, sumber daya alam (SDA), dan pertanahan ini menjelaskan, terkait sumber daya manusia yang akan bekerja mencetak sawah di Merauke tersebut.
Dia berharap agar petani tersebut tidak didominasi masyarakat transmigran. Sementara, masyarakat lokal yang seharusnya diberdayakan tidak tertampung.
Kemudian, Merauke dikenal dengan masyarakat yang tidak menjadikan beras sebagai kebutuhan pokok. "Jangan sekali-kali memaksa Indonesia Timur untuk mengonsumsi beras. Mereka sudah terbiasa dengan sagu," ujar Senator asal Lampung ini.
Lebih lanjut, Anang mendorong agar kabinet kerja yang bertanggung jawab akan hal ini dapat bersinergi satu sama lain. Sebab, selama ini kabinet kerja tidak seirama dengan nawacita yang diarahkan sang presiden.
"Saya melihat ibarat dirijen sebuah orkestra. Semangat Pak Jokowi tidak diimbangi semangatnya pemain musik secara keseluruhan. Persoalan pangan saja, terutama beras, dari data saja, tidak karuan," tukas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News