Ilustrasi. (FOTO: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)
Ilustrasi. (FOTO: ANTARA/Andreas Fitri Atmoko)

Bank Mayora Tingkatkan Porsi UMKM jadi 40% di 2018

Angga Bratadharma • 16 Desember 2017 15:01
Cisarua: Bank Mayora mengaku siap meningkatkan porsi kredit di Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari posisi 35 persen menjadi 40 persen di 2018. Untuk mencapai target tersebut maka Bank Mayora siap menggenjot penyaluran kredit tersebut, tentu dengan menjaga agar penyaluran kredit tetap berkualitas sehingga kredit macet tidak bergerak liar.
 
Selain itu, Direktur Utama Bank Mayora Irfanto Oeij mengatakan porsi komersial yang berada di kisaran 55-60 persen akan terus ditumbuhkan karena memang menjadi salah satu penggerak utama di bisnis Bank Mayora. Meski ia tidak menampik di komersial ukuran penyaluran kredit tidak terlalu besar.
 
"Kalau di 2018 bisnis konvensional tidak terlalu kita ubah seperti di ritel atau di komersial. Yang diubah itu pinjaman dengan fintech. Karena perusahaan fintech menggunakan teknologi dan sudah mahir. Kenapa harus bangun kan lebih baik kerja sama," kata Irfanto, dalam 'Year End Media Gathering Bank Mayora 2017', di Cisarua, Jumat malam, 15 Desember 2017.
Lebih lanjut, ia memperkirakan, penyaluran kredit Bank Mayora di sepanjang 2018 bisa tumbuh di kisaran 12-13 persen dengan Loan to Funding Ratio (LFR) di kisaran 83-85 persen. Tidak hanya itu, Non Performing Loan (NPL) terus kita jaga agar terus berada di bawah angka tiga persen.
 
"NPL kita perbaiki juga dengan harapan proyeksi di Desember 2017 bisa kita tekan di bawah tiga persen. Karenanya di industri itu sekitar 2,8-2,9 persen. Harus di bawah atau tidak jauh dari industri. Kurang lebih di 2,8-2,9 persen," ungkap Irfanto.
 
Lebih lanjut, ia menambahkan, NPL di properti memiliki kontribusi cukup besar. Meski banyak properti dibangun tapi banyak orang yang membelinya tidak bisa membayar kewajibannya. Ketika seseorang membangun dan tidak bisa membayar maka kondisi itu memberikan dampak terhadap perbankan utamanya dari aspek NPL.
 
Selain itu, masih kata Irfanto, perhotelan. Perhotelan juga dinilai memberi kontribusi cukup besar. Meski sektor hotel tumbuh pesat, misalnya, di Bali namun harga sewa kian turun dan hal itu bisa memberi efek terhadap pendapatan pemilik hotel dan nantinya dari aspek membayar kewajiban kepada perbankan.
 
"NPL di properti dan hotel memberikan sumbangsih besar. Kita lihat di Bali, misalnya, dalam lima tahun ke belakang hotel belum menjamur. Sekarang di Bali itu sudah banyak. Tapi harga sewa hotel bintang lima yang tadinya Rp2 juta sekarang bisa Rp1 jutaan, dan ke bawahnya juga terus turun. Occupation rendah dan income tidak bagus maka RoE bisa turun," pungkasnya.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id

(AHL)



LEAVE A COMMENT
LOADING
social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan

Dapatkan berita terbaru dari kami Ikuti langkah ini untuk mendapatkan notifikasi

unblock notif