Station Manager Lombok PT Sadhana Arifnusa, Kuswanto mengatakan, petani bisa mendapatkan pendapatan dari hasil perkebunannya hingga Rp70 juta per tahunnya. Dari pendapatan itu, sebanyak Rp15 juta-Rp20 juta dibayarkan kepada tenaga kerja bisnis tembakau.
"Mereka yang bekerja kebanyakan keluarga. Bisnis tembakau itu padat karya. Bisnis tembakau sebelum untung dan rugi sudah berbagi. Kenapa dia mau, karena di situ ada untung, kalau tanam jagung, hasilnya 3.000-3.500 jagung, kotornya hanya Rp21 juta. Tembakau itu banyak," kata Kuswanto kepada media di lokasi Training Farm Desa Puyung, Lombok Tengah, Kamis 7 September 2017.
Biaya benih tembakau setiap hektarenya, ujar Kuswanto, tidak perlu merogoh kocek lebih dalam. Karena, dengan mengeluarkan dana sebesar Rp400 ribu, petani bisa memperoleh 7-8 gram benih tembakau yang bisa ditanam di lahan seluas satu ha.
"Benihnya satu ha butuh 7-8 gram hanya Rp400 ribu. Kalau satu kilogramnya sebanyak Rp50 juta sampai Rp60 juta lah biaya yang harus dikeluarkan. Kadang-kadang pembeli cerewet," papar Kuswanto.
Benih tersebut, tambah dia, diproduksi oleh PT Sadhana Arifnusa. Benih tersebut memiliki tiga varietas yang telah dikeluarkan pada April 2017, yakni GL26H, GF318, NC471.
"Sebelumnya masyarakat menggunakan NC297 dan NC102. Kedua varietas itu telah dikeluarkan sejak 2008. Berbeda dengan tiga varietas yang di atas baru kami keluarkan," jelas Kuswanto yang juga menjadi pelatih Training Farm di PT Sadhana Arifnusa di Desa Puyung.
Sumber benih, lanjut dia, didatangkan dari good leave yang berasal dari Amerika Serikat (AS). Setelah itu diolah perusahaan, dan lalu dijual.
"Benih itu sudah dapat izin dari Menteri Pertanian, sebelum kita lepas di masyarakat. Jadi benih itu oke tinggal teknisinya oke, tinggal mengawal," tukas Kuswanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News