Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Destry Damayanti mengatakan ketidakpastian ekonomi global akibat perseteruan dua raksasa ekonomi dunia itu membuat investor membutuhkan kepastian yang aman dalam berinvestasi.
"Akibat perang dagang ini, investor jadi tak punya banyak pilihan. Emas masih dianggap sebagai investasi yang aman oleh para investor," kata Destry dalam UOB Economic Outlook 2020 di Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.
Meski tidak memberi imbal hasil yang besar, emas diyakini memiliki risiko yang paling kecil untuk berinvestasi ketika berhadapan dengan situasi yang tak pasti.
Destry menyebut banyak negara telah menurunkan suku bunga, tidak terkecuali Indonesia, yang turut menurunkan suku bunga acuan agar tak memberatkan pelaku usaha.
Meski demikian, sambungnya, ia memprediksi prospek ekonomi pada 2020 akan sangat baik dengan pertumbuhan yang berada di level tengah. "Di 2020 kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan berada di titik tengah 5,1 persen sampai 5,5 persen," ujar Destry.
Inflasi diperkirakan terjaga di level tiga persen dievaluasi satu persen. Current account deficit (CAD) masih tetap menjadi tantangan, tetapi diperkirakan masih berada di bawah kondisi 2019.
Mengenai kredit perbankan, ia berharap ada peningkatan setelah ada pelonggaran kebijakan moneter BI. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) diperkirakan berada pada level tujuh persen sampai sembilan persen.
"Kami juga menggunakan kebijakan makroprudensial untuk membuat bank lebih punya ruang menyalurkan kreditnya seperti green economy UMKM dan juga sektor perumahan untuk kelompok masyarakat di bawah," tuturnya.
Nilai Tukar
Di kesempatan berbeda, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengaku sulit memprediksi nilai tukar rupiah pada 2020 akibat tekanan ekonomi global. Pada 2020, pemerintah memperkirakan nilai tukar rupiah di kisaran Rp14.400 per USD."Ini mungkin adalah yang paling sulit diprediksi karena faktor global yang memang masih tidak pasti," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR mengenai RAPBN 2020 di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Rabu, 28 Agustus 2019.
Kendati demikian, ia memprediksi nilai tukar rupiah di tahun depan tetap stabil lantaran fondasi ekonomi Indonesia yang relatif baik jika dibandingkan dengan negara emerging lain. Begitu pula dengan kebijakan makroekonomi yang cukup kredibel.
"Dua faktor itu untuk menghadapi ketidakpastian yang berasal dari kondisi perekonomian global dan arah kebijakan ekonomi global yang tidak pasti, termasuk faktor komoditas," ucapnya.
Dalam rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR itu, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti juga meyakini nilai tukar rupiah akan tetap stabil sesuai mekanisme pasar yang terjaga.
"Di 2020 kami perkirakan nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp13.900 hingga Rp14.300 per USD," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News