Hal tersebut mengemuka dalam orasi Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Y. Kristiarto S. Legowo, saat Dies Natalis XXXV Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Sabtu (20/6/2015).
Selain itu, menurut Kristiarto perbedaan tajam tingkat pembangunan antarnegara ASEAN juga menjadi tantangan tersendiri. "Sejak ASEAN salah satu kritik terbesar adalah ketidakmampuan untuk memperkecil kesenjangan pembangunan antaranggota," ujarnya.
Bukan hanya itu, dari segi masyarakat, ketidakpahaman mengenai MEA juga menjadi sebuah tantangan.
"Kadang ketidakpahaman tersebut menimbulkan kekhawatiran yang tidak beralasan terutama terkait kemungkinan membanjirnya produk maupun tenaga kerja asing yang dianggap akan mematikan industri nasional dan meningkatkan jumlah pengangguran," jelas dia.
Adapun untuk mengatasi tantangan-tantangan tesebut, Kristiarto mengusulkan beberapa langkah yang pelu diambil seperti membuat mekanisme monitoring, memperkuat sekretariat ASEAN serta meningkatkan pemahaman publik terhadap MEA melalui ASEAN Communication Master Plan.
Terbentuknya MEA 2015 bukan merupakan suatu peristiwa namun merupakan suatu proses panjang dan akan terus berlanjut setelah 2015 dengan adanya MEA Pasca 2015 atau ASEAN Economic Community Post-2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News