"Salah satunya memang bahan baku. Kita sadar bahwa bahan baku (obat-obatan) kita kebanyakan impor. Itu karena spesifikasi," ujar Saleh ditemui usai peresmian pabrik PT Bayer Indonesia di Cimanggis, Depok, Rabu (27/5/2015).
Menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin), nilai impor produk farmasi yang diimpor pada tahun 2014 mencapai USD959 juta. Naik sebesar 6,68 persen dari tahun sebelumnya yang hanya sebanyak USD899 juta.
Sedangkan untuk nilai ekspor farmasi Indonesia pada 2014 hanya berada pada angka USD532 juta atau tumbuh 16,98 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar USD455 juta. Kondisi ini memang membuat sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional tumbuh 9,05 persen pada kuartal I/2015, meski jumlah impor mendominasi.
"Untuk triwulan pertama memang pertumbuhan farmasi itu paling tinggi sekitar 9 persen. Tentu pemerintah terus mendorong agar industri farmasi ini terus tumbuh," papar Saleh.
Meskipun begitu, pihaknya terus mendukung inovasi yang dilakukan oleh perusahaan obat-obatan untuk meningkatkan produktivitas. Selain itu, dia meminta agar industri farmasi terus melakukan riset terhadap bahan baku obat-obatan dalam negeri, sehingga bahan baku farmasi lokal nantinya dapat mendukung produktivitas vitamin dan obat-obatan.
"Kita sadar bahwa bahan baku kita kebanyakan impor dan kami secara bertahap akan terus mendorong industri farmasi untuk secata perlahan menggunakan bahan baku (obat-obatan) lokal. Kalau dilakukan kan bisa secara bertahap dapat mengurangi bahan baku impor," pungkas Saleh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News