"Pada tahun 2013 Kemenperin menyampaikan pertimbangan teknis kepada Kemenkeu untuk penurunan empat pos tarif komponen pesawat menjadi 0 persen. Dan Alhamdulillah telah disetujui pada tanggal 28 April 2015," ujar Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, I Gusti Putu Suryawirawan ditemui di Hotel Grand Mercury, Jalan Hayam Wuruk No 37, Jakarta Pusat, Selasa (12/5/2015).
Dia mengungkapkan, penurunan empat pos tarif ini untuk meningkatkan daya saing industri jasa perbaikan dan perawatan pesawat terbang atau Maintenance Repair and Overhaul (MRO) di dalam negeri. Hal ini sangat diperlukan mengingat dalam beberapa bulan ke depan, Indonesia akan menghadapi tantangan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Putu menambahkan, untuk komponen dan bahan baku komponen yang tidak diturunkan bea masuknya, Kemenperin memberikan fasilitas insentif fiskal berupa Bea Masuk Ditanggung Pemerintah (BMDTP) dengan alokasi anggaran sebesar Rp400 miliar setiap tahun.
Fasilitas tersebut, ungkap dia, adalah untuk dimanfaatkan industri MRO, industri komponen pesawat terbang, industri pesawat terbang dan industri penerbangan. Menurut Putu, pertumbuhan jumlah penumpang domestik dan internasional yang sangat pesat menuntut tersedianya pesawat dalam jumlah besar.
Pada saat ini, menurut dia, industri nasional telah memiliki 61 maskapai penerbangan niaga, yang beroperasi terjadwal dan tidak terjadwal dengan populasi pesawat pada 2014 sekitar 750 pesawat dan diperkirakan akan mencapai 1.030 pesawat pada 2017 mendatang.
"Pesatnya pertumbuhan industri penerbangan di Indonesia membuka peluang usaha pada industri MRO. Ini harus dimanfaatkan, karena industri penerbangan cenderung tidak melakukan kegiatan perawatan pesawatnya, melainkan dialihdayakan kepada perusahaan yang bergerak di bidang MRO," pungkas Putu.
Seperti diketahui, saat ini jumlah perusahaan MRO yang terdaftar dalam Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKUPPU) Kementerian Perhubungan sebanyak 72 perusahaan. Sebanyak 29 diantaranya merupakan anggota IAMSA.
Pada 2014 lalu, pasar global industri MRO mencapai USD57 miliar dan diprediksi tumbuh sekitar 4,1 persen per tahun. Diprediksi, pada 2022 mendatang kawasan Asia Pasifik akan menjadi pusat pertumbuhan MRO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News