Deputi Gubernur BI Erwin Riyanto mengatakan peningkatan porsi kredit perbankan untuk UMKM dinilai cukup sulit untuk diterapkan, khususnya bank asing. Sebab, biasanya bank asing menyalurkan kredit kepada UMKM yang sering melakukan ekspor.
"Karena bank asing harus menyalurkan kredit UMKM yang kaitannya ekspor. Tapi kalau untuk UMKM langsung, karena ada batasan. Jadi nanti dilihat lagi kajian aturannya," ujar Erwin saat ditemui di Gedung Nusantara I, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/11/2016).
Erwin menambahkan, pihaknya masih fokus untuk melakukan pelonggaran kebijakan moneter pada tahun ini. Hal ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan kredit bagi masyarakat dan dunia usaha.
"Anda sudah lihat kan BI sudah keluarkan seven days reverse repo rate, terus turun 150 basis point. DPK sudah turun juga, tapi memang lending ratenya itu memang masih 0,75 persen," paparnya.
Disisi lain, Erwin berharap pertumbuhan kredit pada 2017 dapat kembali menggeliat. Hal ini dapat meningkatkan daya saing Indonesia di kancah internasional.
"Harus menggeliat. Jadi yang kita inginkan secara natural harus terjadi. Sehingga daya saing kita harus baik," jelasnya.
Untuk mencapai pertumbuhan kredit double digit, BI perlu melihat keadaan ekonomi secara nasional. Diharapkan, inflasi akan tetap rendah sehingga mampu mendorong penurunan suku bunga perbankan.
"Tergantung bagaimana kita pulih. Karena kredit kan sangat dipengaruhi pertumbuhan (nasional)," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News