"Imbas dari kejadian adanya teror bom di Jakarta cukup signifikan. Misalnya, usaha kuliner POD Chocolate saya di salah satu mal di Kuta, langsung sepi pelanggan," kata praktisi kuliner I Gusti Ayu Agung Inda Trimafo Yudha, di Kuta sebagaimana dikutip dari Antara, Senin (18/1/2016).
Wanita yang juga Ketua Hipmi Bali ini melanjutkan, jika biasanya sebelum terjadinya teror bom, omzet usaha per hari rata-rata Rp2 juta langsung menurun hingga Rp200 ribu per hari.
Menurut dia, menurunnya omzet, karena saat itu tersiar kabar bahwa Bali berstatus siaga satu, sehingga masyarakat enggan keluar rumah dan berada di pusat-pusat keramaian semacam mall.
Di samping itu, beredar informasi kalau setelah Jakarta, target bom selanjutnya adalah Bali. Informasi yang tidak jelas ini, yang membuat masyarakat setempat memilih menjauhi tempat keramaian.
"Memang yang menjadi pasar terbesar usaha coklat saya di mall adalah masyarakat Bali sendiri. Dengan adanya isu bom, masyarakat menjadi waspada, meski sejauh ini sebenarnya kondisi di Bali aman-aman saja," ujar dia.
Selanjutnya dia menegaskan jika teror bom bisa terjadi di mana saja, sehingga mengharapkan tidak berpengaruh lebih lama pada sektor usaha di Bali maupun kota-kota lain di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News