Berdasarkan Logistic Performance Index 2014 yang dirilis Bank Dunia, kinerja logistik Indonesia masih kalah dibanding Singapura, Malaysia, Thailand dan Vietnam. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mencontohkan, hal ini terlihat dari rata-rata waktu proses ekspor dan impor di Indonesia yang mencapai 3,5 hari.
"Di Singapura itu prosesnya hanya dua hari dan Vietnam hanya sehari. Selain itu, biaya proses ekspor impor di Indonesia menelan sebanyak USD573. Sedangkan di Singapura hanya setengahnya, dan di Vietnam hanya 45 persen dari Indonesia," ujar Franky, dalam 'Dialog Pusat Logistik Berikat untuk Mendorong Daya Saing Investasi', di Kantor Pusat BKPM, Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Senin (4/4/2016).
Menurut dia, PLB sangat krusial bagi Indonesia terkait daya saing Indonesia sebagai tujuan investasi dan kepentingan nasional. "Dengan PLB, pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat distribusi logistik nasional dan internasional yang murah dan efisien, serta mendukung pertumbuhan industri dalam negeri," papar dia.
Franky melanjutkan, PLB tidak hanya memindahkan gudang penimbunan barang ekspor dan impor ke wilayah Indonesia untuk kebutuhan dalam negeri. Karena dengan adanya fasilitas PLB, ungkap dia, Indonesia bisa mempunyai hubungan logistik di Asia Pasifik.
Dia mengklaim, PLB dapat menguntungkan dan mempermudah beragam industri, tidak hanya industri berskala besar, tetapi juga industri kecil dan menengah. Dengan demikian, PLB mampu mendorong target BKPM dalam target realisasi investasi tahun ini.
"PLB diharapkan mampu menurunkan biaya logistik nasional, meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global, sekaligus menggairahkan ekspor nasional. Kemudahan dari PLB diharap berkontribusi positif terhadap pencapaian target realisasi tahun ini yang dipatok mencapai Rp594,8 triliun," pungkas Franky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News