"Saya memberikan batasan perusahaan asuransi harus bisa mencairkan klaim asuransi tidak boleh lebih sebulan. Kalau tadi saya tanya ada yang menjawab sepekan sudah cair, ya saya memberi batasan jangan lebih sebulan," kata dia yang menghadiri panen tanaman padi dan serapan gabah di Bojonegoro, dikutip dari Antara, Rabu 8 Maret 2017.
Menurut dia, kalau perusahaan asuransi (PT Asuransi Jasa Indonesia/Jasindo) bisa mencairkan klaim asuransi dengan cepat, maka uangnya bisa dimanfaatkan petani untuk menanam padi lagi.
"Kalau perusahaan asuransi tidak bisa mencairkan dalam sebulan ya harus diganti," ucapnya menegaskan.
Ia mengatakan, pemerintah telah mencanangkan membangun sekitar 30.000 embung sebagai usaha ketersediaan air di musim kemarau dengan mengadopsi program pembangunan 1.000 embung di Bojonegoro.
Pada kesempatan itu, ia juga mengimbau petani tidak memanen tanaman padinya pada pukul 07.00 WIB, karena kadar airnya bisa mencapai 30 persen. "Tapi kalau tanaman padi dipanen pukul 08.00 WIB kadar airnya bisa turun menjadi 22 persen," tambah dia.
Bupati Bojonegoro Suyoto menjelaskan ribuan hektare (ha) tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Kanor pernah mengalami kesulitan air ketika musim kemarau.
Oleh karena itu, ia meminta petani di daerahnya tetap mengikuti program AUTP karena hanya dengan membayar premi Rp36.000 ribu per ha, petani dapat perlingdungan jika gagal panen, karena banjir atau kekeringan, dengan memperoleh klaim asuransi Rp6 juta.
Kepala Dinas Pertanian Bojonegoro Akhmad Djupari menyebutkan tanaman padi di daerahnya pada musim hujan tahun ini mencapai 65.000 hektare, di antaranya sudah terpanen sekitar 70 persen.
Hanya saja, menurut dia, sebagian tanaman padi di daerahnya itu ada yang terendam air banjir luapan Bengawan Solo dan banjir bandang, sehingga gagal panen, selain diserang hawa wereng cokelat.
"Tetapi serangan hama wereng cokelat tidak menggangu target produksi padi tahun ini," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News