"Saat ini area kebun rakyat di Jatim luasnya sudah mencapai 52 ribu ha. Kami akan memperluas ke wilayah selatan, yakni di Trenggalek dan Madiun di 2017," kata Kepala Disbun Jatim, Samsul Arifin, dikonfirmasi Selasa (29/11/2016).
Menurutnya, penambahan lahan perkebunan kakao tiap tahunnya ditanam di lahan perkebunan baru, sehingga tak mempengaruhi komoditi yang lain. Ini dilakukan karena kakao merupakan salah satu komoditi unggulan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
"Pemanfaatannya selama ini untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun sebagai komoditi ekspor penghasil devisa negara. Di Jatim komoditi kakao merupakan komoditi strtegis untuk mengangkat martabat masyarakat dengan meningkatkan pendapatan petani perkebunan dan tumbuhnya sentra ekonomi regional," ujarnya.
Komoditi kakao dikembangkan pada Perkebunan Rakyat (PR), Perkebunan Besar Negara (PTPN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS). Sentra pertanaman kakao pada Perkebunan Rakyat di Jatim seluas 32.010 ha terbagi atas Kabupaten Madiun 4.784 ha, Pacitan 4.192 ha, Trenggalek 3.975 ha, Blitar 3.537 ha, serta 18 kabupaten lain di Jatim seperti Ponorogo, Malang dan lainnya.
Produksi kakao pada Perkebunan Rakyat sebesar 14.730 ton, dengan produktivitas rata-rata 913 kg/ha/tahun biji kering. Kondisi tanaman kakao yang tua/rusak (TT/TR) seluas 913 hektar, tanaman belum menghasilkan (TBM) seluas 14.752 hektar, dan Tanaman menghasilkan (TM) seluas 16.129 hektar.
(SAW)