"Mereka mengatakan siap untuk melakukan transfer teknologi dalam proses pembangunan proyek ini. Karena ini sudah mereka lakukan di banyak negara, seperti di Turki," kata Luhut dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis, 21 Desember 2017.
Menurutnya Hyundai sangat siap terlibat dalam proyek LRT karena sudah mendirikan sejumlah pabrik di negara lain untuk mengakomodasi kebutuhan kereta di sana. Setidaknya Hyundai sudah memasok dan membangun sarana perkeretaapian di 36 negara di luar Korea Selatan termasuk Vancouver, Kanada dan Boston, Amerika Serikat.
Luhut menambahkan, Hyundai wajib menggunakan produk lokal dan melakukan transfer teknologi selama menggarap LRT. Prasyarat tersebut diamini CEO Hyundai Rotem Kim Seung-tack. Dia menjamin penggunaan 51 persen lokal konten selama mendirikan pabrik kereta di luar negeri.
"Di pabrik yang kami dirikan di Turki, penggunaan lokal kontennya telah mencapai 51 persen. Tentu hal yang sama bisa kami terapkan untuk Indonesia," ujar Kim.
Lebih lanjut Hyundai mrnyatakan kesiapan perusahaan dalam menyelesaikan pembangunan LRT selama 15 hingga 16 bulan dengan syarat 30 persen proses pembangunan pertama dilakukan di Busan, dan 70 persen sisanya dilakukan di Indonesia.
"Dari segi harga, kami sangat kompetitif," tambah Kim.
Sebelumnya Kementerian Perhubungan (Kemenhub), PT KAI (Persero), dan PT Adhi Karya (Persero) Tbk meneken perjanjian penyelenggaraan pra sarana Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek) dengan nilai investasi sebesar Rp29,9 triliun.
Nilai investasi LRT Jabodebek tersebut pernah diperkirakan bengkak menjadi Rp31 triliun dari nilai investasi awal sebesar Rp23,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News