Dalam survei KKI bertajuk 'Preferensi Konsumen terhadap Layanan Moda Transportasi Darat Urban di Indonesia' mengungkapkan empat faktor penting yang menjadi alasan konsumen memilih moda transportasi. Empat faktor tersebut ialah keamanan, keselamatan, kenyamanan, dan keterjangkauan.
"Moda transportasi perkotaan saat ini semakin baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Namun demikian, tidak hanya transportasi harus saling terintegrasi, tapi transportasi urban juga harus mengutamakan aspek keamanan dan kenyamanan bagi penumpang," kata Ketua KKI David Tobing dalam siaran tertulis resminya, Jakarta, Kamis, 1 Agustus 2019.
Hasil survei mencatat, Gojek lebih aman di Kategori Transportasi Online. Preferensi konsumen untuk memilih layanan Gojek ditunjukkan David lebih tinggi, yaitu mencapai 36 persen dari total responden. Sedangkan pengguna layanan Grab menunjukkan angka 32 persen, dan yang memanfaatkan keduanya mencapai 32 persen.
Sejumlah faktor mendukung preferensi konsumen untuk lebih memilih brand asal merah putih. Di antara pengguna ojek online, survei menunjukkan layanan Go-Ride dari Go-Jek dinilai lebih aman (56 persen), lebih dapat diandalkan (55 persen), lebih ramah (53 persen), serta lebih nyaman dan bersih (53 persen).
Sementara kompetitornya di industri ini, Grab Bike, diapresiasi dengan skor 44 persen untuk aspek keamanan, 45 persen pada aspek keandalan layanan, 47 persen pada aspek keramahan, dan 47 persen pada aspek kenyamanan dan kebersihan.
Di satu sisi, survei mencatat preferensi konsumen untuk memilih layanan Grab lebih tinggi pada aspek keterjangkauan tarif (lebih murah), yakni mencapai 53 persen dibandingkan Go-Jek yang mencatat angka 47 persen.
Di layanan taksi (roda empat) online, Go-Jek memiliki tingkat preferensi konsumen lebih tinggi daripada Grab pada semua aspek, yaitu pada aspek keterjangkauan tarif (54 persen), aspek keamanan (59 persen), keandalan layanan (60 persen), keramahan (57 persen), dan kenyamanan serta kebersihan (59 persen).
David yang pernah menjadi anggota Badan Perlindungan Konsumen (BPKN) melanjutkan tingkat penggunaan yang tinggi pada layanan transportasi online ternyata juga diikuti oleh risiko keamanan dan keselamatan. Risiko itu terkait kecelakaan, kekerasan, pelecehan, dan kehilangan.
"Berdasarkan survei KKI, kami temukan konsumen yang mengaku menghadapi risiko ini lebih banyak dialami saat menggunakan jasa Grab daripada Go-Jek," ungkapnya.
Maka berdasarkan pengalaman konsumen terkait risiko kecelakaan dan keselamatan yang dialami itu, menurutnya, konsumen mengaku lebih sering menggunakan layanan Go-Jek karena memiliki risiko yang lebih rendah.
KKI mencatat dalam surveinya bahwa jumlah penumpang yang mengaku pernah mengalami kecelakaan pada layanan Grab-Bike tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 8,8 persen daripada layanan Go-Ride yang hanya 6,6 persen.
Selain itu, responden yang mengakui pernah mengalami kekerasan pada layanan Grab-Bike juga tercatat lebih tinggi, yaitu mencapai 6,4 persen daripada yang dialami pada layanan Go-Ride 5,3 persen.
Sementara itu, perbandingan tingkat risiko keamanan di taksi online yang dioperasikan oleh Grab-Car sebesar 3,7 persen atau memiliki tingkat risiko kecelakaan nyaris dua kali lipat lebih tinggi daripada risiko yang pernah dialami responden pengguna layanan Go-Car sebesar 1,9 persen.
"Demikian juga pada risiko pelecehan, jumlah pengguna Grab-Car yang mengaku mengalami pelecehan tercatat nyaris dua kali lipat lebih tinggi, yaitu 3,5 persen dibandingkan jumlah pengguna layanan Go-Car 1,9 persen," tutup dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News