Direktur Utama Adira Finance Hafid Hadeli menjelaskan pertumbuhan laba tersebut antara lain didukung oleh peningkatan pembiayaan baru yang mendorong peningkatan pendapatan bunga menjadi Rp8,0 triliun atau naik sebanyak 12 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Beban bunga tercatat sebesar Rp3,1 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Sedangkan biaya operasional naik sebesar 13 persen menjadi Rp2,5 triliun, didorong oleh kenaikan upah dan biaya manfaat seiring dengan penyesuaian upah minimum regional, penyesuaian upah tahunan serta pelatihan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia," kata Hafid, seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu, 31 Oktober 2018.
Dari segi kualitas aset, NPL berada di level 1,95 persen dari piutang yang dikelola per September 2018 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya 2,06 persen. Sementara biaya kredit konsolidasi, termasuk pembiayaan bersama sebesar 5,0 persen dari piutang yang dikelola dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 46 persen.
Untuk diketahui, perekonomian Indonesia ditutup pada kuartal ketiga 2018 dengan perkiraan pertumbuhan 5,2 persen. Terdapat beberapa peristiwa global yang berdampak pada ekonomi domestik, misalnyam kenaikan suku bunga Fed, perang dagang, dan dampak dari nilai tukar rupiah yang melemah terhadap USD.
Sedangkan Bank Indonesia (BI) telah melakukan tindakan pre-emptive untuk mengantisipasi kenaikan tingkat suku bunga the Fed di 2018. Saat ini, BI rate 7-DRR berada pada level 5,75 persen. Sedangkan tingkat inflasi tetap terjaga sehat yakni berada di angka 2,88 persen pada kuartal III-2018.
"Target pertumbuhan pembiayaan baru kami di awal tahun adalah 5-10 persen. Saat ini kami on track dengan pertumbuhan kami di mana pembiayaan baru kami tumbuh 19 persen," pungkas Hafid Hadeli.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News