Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution mengaku bahwa Indonesia menjadi negara yang paling diuntungkan jika tiga negara penghasil utama karet dunia lainnya yakni Malaysia, Thailand, dan Vietnam melakukan pengendalian produksi dengan merevitalisasi perkebunan karet melalui penanaman kembali (replanting).
"Sebetulnya kalau ini terjadi dan kita punya ruang yang lebih lebar untuk melakukan replanting, maka Indonesia akan memetik keuntungan paling besar dalam jangka menengah panjang," ujar Darmin, di Hotel Fairmont, Jalan Asia Afrika, Jakarta Pusat, Kamis (25/8/2016).
Dia melanjutkan, hal ini karena usia tanaman perkebunan karet Indonesia merupakan yang paling tua dibanding tiga negara produsen lainnya. Karena paling tua dan direplantasi, maka varietasnya akan menjadi lebih baik.
"Kita merupakan produsen karet terbesar sekarang ini, tapi usia tanamnya yang paling tua. Karena paling tua sehingga paling untung dilakukan replanting. Jika begitu, maka varietasnya lebih baik dan mempengaruhi jumlah produksi yang juga semakin baik," yakinnya.
Namun demikian, tiga negara lainnya dinilai kurang semangat mengikuti langkah Indonesia melakukan replanting. Persaingan bisnis untuk merebut penerimaan yang paling banyak jadi alasannya.
"Ini dia tantangannya. Oleh sebab itu saya mengundang Gapkindo (Gabungan Perusahaan Karet Indonesia) untuk bersama-sama pemerintah melakukan lobi ke mereka. Ini harus dilakukan segera, sebab jika ditunda maka akan menimbulkan dampak negatif kepada para petani karet kita," pungkas Darmin.
Seperti diketahui, harga karet global pada Juni 2016 mencapai USD1,3/kg atau mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya sebesar USD1,5/kg. Padahal harga karet global sempat menyentuh harga tertinggi perdagangan pada 2011 sebesar USD5,5/kg.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News