Ilustrasi penjual cabai. (FOTO: MI/Arya Manggala)
Ilustrasi penjual cabai. (FOTO: MI/Arya Manggala)

Ungkap Mafia Cabai, Mendag Apresiasi Polri-Kementan

Dian Ihsan Siregar • 03 Maret 2017 17:09
medcom.id, Jakarta: Bareskrim Polri bekerja sama dengan Kementerian Pertanian (Kementan) ‎mengungkap pemicu harga cabai mahal di pasar. Keduanya mengungkap, harga cabai rawit merah yang mahal karena ada permintaan di tingkat pengepul.
 
Cabai yang seharusnya dikirim ke pasar Induk Kramat Jati, justru dijual ke beberapa perusahaan untuk diproduksi. Kedua instansi lembaga negara tersebut pun mendapatkan dua "biang kerok" yang dianggap membuat harga cabai mahal di pasar.
 
Hasil kerja sama itu langsung diapresiasi oleh Menteri Perdagangan (Mendag) ‎Enggartiasto Lukita. ‎Dirinya sangat mendukung apa yang dilakukan oleh Bareskrim Polri dan Kementan dalam memberantas mafia cabai. Dengan begitu tidak ada lagi harga cabai mahal di pasar.

"Kita dukung apa yang dilakukan Bareskrim dan Kementan. Saya sama dengan mereka," kata Enggar, ditemui usai konferensi pers terkait 'IORA Summit 2017', di Gedung Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat 3 Maret 2017.
 
Saat ini, banyak cabai impor yang beredar di pasar tidak berdasarkan izin. Tak ayal, keadaan itu membuat Enggar geram. ‎"Cabai impor yang enggak ada izin, tangkap saja!" pungkas politikus dari Partai NasDem tersebut.
 
Sekadar informasi, dari hasil penyelidikan Bareskrim Polri dan Kementan, ada dua tersangka yang merupakan pengepul cabai di pasar, yaitu berinisial SJN dan SNO. Keduanya berasal dari Solo.
 
Keduanya akan dikenakan hukuman sesuai Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, dan Undang-undang RI Nomor 7 Tahun 2014 tentang perdagangan.
 
Kasubdit I Dittipideksus (Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus) Bareskrim Polri, Kombes Hengki Haryadi menerangkan, kasus ini terungkap setelah Bareskrim menelusuri alur cabai yang seharusnya dibawa ke Pasar Induk Kramat Jati. Namun kenyataannya cabai ini berbelok ke beberapa perusahaan untuk diproduksi.
 
"Ini sementara, ini kurang lebih contohnya hanya satu ton, ini adalah barang dari pengepul yang akan dijual, dua ini tersangka dari solo, jadi ibaratnya satu baris pengepul besar, tentang penentuan harga dan ini ada petani dan sebagainya," ujar Hengki.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AHL)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan