"Menurut rencana, Agustus 2017 akan ada PKS (perjanjian kerja sama). Bila sudah dilakukan, artinya rencana investasi sudah 100 persen," kata Direktur Promosi dan Humas BP Kawasan Batam Purnomo Andiantono di Batam, Kepulauan Riau, Selasa 25 Juli 2017.
Sebelumnya, perwakilan GMF sudah beberapa kali datang ke BP Kawasan Batam dan Bandara Internasional Hang Nadim Batam dalam menindaklanjuti investasi yang akan dilakukan.
"Mereka sudah beberapa kali survei dan melakukan kajian di Hang Nadim. Akhir bulan ini juga akan ada lagi pertemuan GMF dengan BP Batam," kata dia.
Sejauh ini, lanjutnya, perkembangan rencana investasi GMF semakin positif dan diharapkan segera terealisasi agar industri di Hang Nadim Batam semakin berkembang. Secara terpisah, General Manager Marketing Bandara Internasional Hang Nadim Batam Dendi Gustinandar mengatakan GMF sudah melakukan beberapa kali diskusi dengan pihak bandara berkaitan dengan rencana investasi.
"Banyak hal sudah dibicarakan, mulai luas lahan yang akan realisasikan, biaya, dan lain-lainnya. Tentu itu harus dihitung dengan cermat terlebih dahulu oleh GMF," kata dia. Dendi mengatakan masih ada sejumlah tahapan yang akan dilakukan GMF sebelum realisasi investasi MRO di Hang Nadim.
Sebelumnya diberitakan, GMF berencana menginvestasikan dana hingga USD100 juta untuk membangun pusat perawatan pesawat domestik dan mancanegara di kawasan Bandara Internasional Hang Nadim Batam. Jika terealisasi, investasi itu mampu menyerap hingga 10 ribu tenaga kerja.
Saat ini Lion Air Group merupakan satu-satunya perusahaan yang sudah merealisasikan pengembangan pusat perawatan pesawat di Batam.
Target 10 Besar
Di sisi lain, GMF bertekad masuk 10 terbesar perusahaan perawatan pesawat terbang dunia pada 2021. Target tersebut dinilai sangat realistis karena perusahaan berada di tengah-tengah pasar dengan pertumbuhan pesawat sangat signifikan.
"GMF saat ini di posisi 13 dan pada 2021 berharap bisa masuk 10 MRO (industri perawatan pesawat terbang) dunia. Saat ini MRO terbesar dalam negeri, 80 persen kontribusinya datang dari captive customer yang memiliki perjanjian dengan GMF," papar Direktur Utama PT GMF Iwan Joeniarto, di Jakarta.
Potensi pasar GMF sangat terbuka lebar karena setiap tahunnya pertumbuhan pesawat terbang dalam negeri mencapai 11 persen. Ditambah lagi lokasi GMF sangat strategis dan mampu menyerap potensi yang berasal dari negara tetangga seperti Australia dan negara-negera Asia Tenggara. Menurut Iwan, GMF telah menduduki posisi ketiga di Asia Tenggara, posisi kelima di Asia, dan di level dunia bercokol di posisi ke-13. (Media Indonesia)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News