"Peningkatan ketahanan masyarakat atau adaptasi, kalau perubahan aksi global yang biasa mendiadakan perubahan iklim, yang bisa kita lakukan meminimalisir," kata Bambang pada Rakernas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Jakarta, Kamis 3 Agustus 2017.
Dia mencontohkan perubahan suhu yang menyebabkan es di kutub mencair dan meningkatkan permukaan air laut. Tingginya permukaan air laut akan memberikan dampak pada tenggelamnya sebagian pulau-pulau di dunia.
"Satu, pulau-pulau dengan ketinggian air laut yang bertambah akan tenggelam. Seperti di Maldives. Apa yang terjadi di Maldives di masa depan akan terjadi juga sebagian kepulauan kita. Ini yang harus diantisipasi sekarang," ucap dia.
Baca: Indonesia Terus Berkomitmen Soal Perubahan Iklim
Menurutnya, tidak bisa mengandalkan sihir atau dewa penolong untuk bisa menghalau perubahan iklim tersebut. Tetapi, yang diperlukan adalah sinergi antara pemerintah dan masyarakat untuk meminimalisir perubahan iklim dan melakukan upaya-upaya pengurangan emisi.
"Intinya, pantai utara Pulau Jawa itu terancam. Dan kita tidak bisa berharap ada magic, ada dewa yang bisa membuat Pulau Jawa bisa tidak tenggelam terus. Karena ini kondisi geologis, geografis ilmiah," ungkap dia.
Selain tingginya muka air laut, mitigasi yang harus dilakukan untuk masyarakat di Indonesia khususnya di daerah Kalimantan dan Sumatera adalah menghadapi gejala lima tahunan mengenai asap. Di dua wilayah itu sering kali terjadi musibah asap padahal tidak ada yang membakar hutan atau gambut.
Bambang juga menegaskan musibah seperti itu harus dimitigasi dan dimasukan dalam perencanaan pembangunan jangka menengah pemerintah pusat dan daerah.
"Targetnya (emisi) mendekati 26 persen di 2019. nah ini penyumbangnya terbanyak di Kementerian LHK (untuk membenahinya)." pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News