Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki. Foto : MI/Susanto.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki. Foto : MI/Susanto.

Menkop UKM: Tata Niaga Rotan Buruk

Ilham wibowo • 02 Maret 2020 16:35
Jakarta: Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki menyebut distribusi rotan mentah dan setengah jadi untuk dijadikan furnitur belum tertata dengan baik. Ketersediaan rotan melimpah di daerah produksi seperti di Kalimantan.
 
"Tadi sudah kelihatan, tidak betul bahwa bahan baku rotan di dalam negeri itu langka, hanya saja industri di dalam negeri hilir dan hulu datanya tidak matching," kata Teten usai menghadiri rakor terkait rotan di Kemenkop UKM, Kuningan, Jakarta Pusat, Senin, 2 Maret 2020.
 
Teten menyebut terjadi anomali pengelolaan rotan lantaran pengerajin furnitur rotan baik skala UKM maupun industri mengeluhkan langkanya bahan baku. Hingga saat ini, potensi alam yang melimpah dari Kalimantan tersebut hanya dimanfaatkan sebesar 30 persen untuk menjadi produk bernilai tambah tinggi.

"Pengrajin yang pusatnya di wilayah Cirebon dan di Sukoharjo Jawa Tengah itu hanya 30 persen bahan baku dari pasokan, Kalimantan saja belum bicara Sulawesi, NTB dan juga Riau yang memilki produksi rotan," tuturnya.
 
Teten menyebut telah melihat langsung pusat produksi rotan mentah yang memang jumlahnya sangat besar. Namun, kondisi berbeda dikeluahkan kelompok pengrajin furnitur yang mendapatkan rotan dengan harga yang kurang bersaing.
 
"Tadi juga ada harga, di sana rotan melimpah murah sementara di Jawa belinya mahal tapi di hulunya suplai melimpah karena rotan ini kan ibaratnya kayak bambu dia ditebang tumbuh lagi rotan dan di Kalimantan itu penyuplai paling banyak untuk industri," ungkapnya.  
 
Teten menilai masalah rotan ini jadi temuan yang perlu diperhatikan secara serius sebagai dasar pendorong pertumbuhan ekonomi. Terlebih, Teten tengah berupaya mendorong ekspor furnitur hingga naik dua kali lipat pada 2024 mencapai nilai USD5 miliar, dari saat ini yang nilainya baru mencapai USD2,5 miliar.
 
Langkah pemerintah untuk menyetop ekspor rotan mentah dan stengah jadi pun dilakukan dengan maksud baik. Rotan yang saat ini ini diminati masyarakat Eropa perlu dijual dalam bentuk furnitur agar punya nilai tambah dan melibatkan banyak tenaga kerja.
 
"Dari aspek supply-demand karena demand di dalam negeri kurang lalu supply-nya banyak akhirnya diselundupkan. Kami mau lihat duduk soalnya di mana, tentu kami ingin industri hilir berkembang tapi di hulu di tingkat petani juga berkembang," pungkasnya.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan