Direktur Utama BPDP-KS Bayu Krisnamurthi mengatakan Sawit Indonesia siap untuk memenuhi hal tersebut karena kebutuhan EU saat ini sekitar 7,3 ton dan Indonesia sudah memproduksi enam juta internationally certified sustainable palm-oil/CSPO.
"Ekspor Indonesia ke Eropa mencapai sekitar empat juta ton, lebih separuh dari kebutuhan Eropa, dan seluruhnya bisa berupa CSPO," ujar Bayu dalam paparannya di Graha Mandiri di Jakarta Pusat, Senin (14/12/2015).
Menurutnya, dengan "pledge" ini, maka secara resmi Eropa tidak dapat dan tidak lagi menyatakan boikot terhadap sawit atau mempermasalahkan kondisi sawit, lantaran programnya akan mendukung sawit yang berkelanjutan.
Namun, Bayu menegaskan Indonesia juga menekankan kepada Eropa terkait beberapa hal. Pertama penerapan 100 persen sustainable supply chain harus juga memperhatikan kesejahteraan pekebun rakyat tersebut. Hal ini disebabkan 42 persen sawit Indonesia dihasilkan oleh pekebun rakyat.
Kemudian, 100 persen sustainable supply chain ini tidak boleh bersifat diskriminatif. Artinya vegetable oil lain juga harus dituntut hal yang sama, termasuk yang diimpor dari Amerika Serikat (AS), Amerika Latin, atau yang diproduksi di EU sendiri.
"Ketiga, perlu ada mekanisme insentif bagi petani yang telah terapkan prinsip ini. Lebih dari sekitar 160 ribu petani dapatkan sertifikat internasional dari dua juta petani," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News