Ilustrasi bongkar muat di pelabuhan (MI/PANCA SYURKANI)
Ilustrasi bongkar muat di pelabuhan (MI/PANCA SYURKANI)

Percepat Dwelling Time, Fungsi Pelabuhan Harus Dikembalikan

Suci Sedya Utami • 04 Agustus 2015 19:33
medcom.id, Jakarta: Permasalahan bongkar muat peti kemas di pelabuhan atau yang dikenal dwelling time sedang menjadi pembicaraan, khususnya di dunia usaha. Lamanya proses bongkar muat di pelabuhan membuat biaya logistik di Indonesia disebut sebagai yang termahal. Menumpuknya kontainer pengangkut barang menjadi salah satu faktor dwelling time memakan waktu lama.
 
Ketua Umum Wilayah Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Widijanto mengungkapkan bahwa sudah seharusnya fungsi pelabuhan dikembalikan sesuai hakikatnya sebagai tempat bongkar muat, bukan tempat menimbun barang.
 
"Sebaiknya dikembalikan fungsi dari pelabuhan itu sendiri. Pelabuhan adalah tempat bongkar muat bukan tempat penumpukkan atau menginap," kata Widijanto, dalam Diskusi Dwelling Time, di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/8/2015).

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris  Lembaga Konsultasi Kepabeanan dan Pengkajian Kadin Jakarta Adil Karim tak memungkiri masih banyak importir yang menumpuk atau menimbun barang di pelabuhan. 
 
Menurut dia, hal tersebut karena adanya celah dari Keputusan Menteri Perhubungan No:KP.807/2014  tentang relokasi peti kemas dapat dilakukan jika Yard Occupancy Ratio (YOR) atau batas tingkat penggunaan lapangan penumpukan di terminal peti kemas asal sudah melampai 65 persen atau peti kemas impor menumpuk sudah lebih dari tujuh hari.
 
"Iya, ada kesempatan yang digunakan importir dengan Keputusan Menhub, karena ada waktu tujuh hari. Mereka (importir) berpikir nanti saja dikeluarkannya. Harusnya dipangkas 4-5 hari," pungkas Adil.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABD)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan