Menurutnya, daya tahan industri makanan dan minuman terhadap pelemahan rupiah dibedakan berdasarkan besaran industrinya yang kecil, menengah, dan besar. Hal tersebut jika industri menengah dan besar masih kuat bertahan sekitar dua bulan.
"Kita harap pemerintah stabilkan rupiah, karena industri kecil daya tahannya rentan," ujarnya, saat diskusi di Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (18/3/2015) malam.
Menurutnya, masih banyak persoalan fundamental yang perlu dibenahi. Karena industri makanan rata-rata masih mengimpor bahan baku. Untuk itu, industri ini harus digerakkan dengan mensinkronisasi dari hulu ke hilir. "Banyak kendala di dalam negeri, di hilir lebih cepat dengan program hilirasasi tapi di hulu tidak terkejar," lanjut dia.
Pilihan rasional bagi para pengusaha makanan dan minuman adalah dengan mengkalkusasi ulang harga pokok. Akan tetapi, jika menaikkan harga akibatnya bisa menjadi bumerang bagi mereka. Namun, jika tidak dinaikan marginnya akan semakin tergerus dan tidak sehat.
Selain itu, upaya lain yang bisa dilakukan oleh industri tersebut adalah dengan inovasi menggunakan bahan baku pengganti, inovasi kemasan, atau inovasi ukuran dari besar ke kecil.
Jika hal tadi tidak dilakukan, kemungkinan dalam dua sampai tiga bulan ke depan harga makanan dan minuman akan terjadi kenaikan harga. "Pemerintah diharapkan dapat (memberikan) solusi di Maret ini," cetusnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News