Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengungkapkan, untuk mewujudkan hal itu, industri mamin Indonesia harus terlebih dulu menjadi basis produksi. Menurut dia, pemerintah menempatkan industri mamin sebagai industri strategis yang potensial untuk bersaing dengan negara ASEAN lainnya.
"Dalam roadmap persiapan menghadapi MEA, pemerintah menempatkan industri makanan dan minuman sebagai salah satu dari sembilan industri yang dipersiapkan untuk melakukan penetrasi pasar ke negara ASEAN lainnya, sekaligus sebagai satu dari tujuh industri yang dipersiapkan bersaing dengan produk negara ASEAN lainnya, dalam mengamankan potensi pasar dalam negeri yang cukup besar," ujar Franky usai meresmikan pabrik PT Asahi Indofood Beverage Makmur (AIBM), Cicurug, Sukabumi, Rabu (8/4/2015).
Dia menambahkan, ada dua manfaat yang dapat dipetik apabila Indonesia menjadi basis produksi untuk industri makanan. Selain untuk mendorong kenaikan ekspor sektor makanan, hal tersebut juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.
Franky membeberkan, pemerintah saat ini sudah menyiapkan insentif investasi untuk menarik investor sektor mamin. Menurut revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 52 Tahun 2011, salah satu kriteria industri yang dapat memperoleh fasilitas pengurangan pajak (tax allowance) adalah industri yang beriorientasi ekspor minimal 30 persen atau menyerap tenaga kerja dalam negeri sebanyak 500 orang.
"Industri makanan merupakan industri yang potensial untuk memenuhi dua kriteria tersebut. Berorientasi ekspor dan penyerapan tenaga kerja," pungkas Franky.
BKPM mencatat, realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) untuk industri mamin dalam kurun waktu lima tahun, dari 2010 hingga 2014, mencapai USD9,1 miliar dengan tren realisasi yang terus meningkat. Realisasi investasi sektor ini pada 2014 mencapai USD3,1 milliar, naik sekitar 48 persen dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai USD2,1 milliar. Sementara itu, realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mengalami tren yang cukup fluktuatif dengan total investasi periode 2010-2014 sebesar Rp69 trilliun.
Dalam hal penyerapan tenaga kerja secara langsung, sektor industri mamin tercatat sebanyak 3,5 juta orang. Dengan asumsi pertumbuhan 8 persen pada tahun mendatang, sektor ini dapat menyerap tenaga kerja sedikitnya 280 ribu orang per tahun.
Sedangkan untuk nilai ekspor, industri mamin pada periode Januari–September 2014 mencapai USD31,37 miliar atau 35,72 persen terhadap ekspor industri pengolahan nasional, meningkat secara signifikan sebesar 12,69 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya. Kontribusi produk makanan, minuman dan tembakau pada penerimaan devisa melalui ekspor pada periode Januari–September 2014 mencapai USD1,64 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News