Berdasarkan data Sakernas BPS 2017, Deputi Gubernur Bank Indonesia, Rosmaya Hadi mengatakan, penduduk perempuan Indonesia lebih banyak bekerja pada sektor informal. Sekitar 40,2 persen dari total 60,9 juta bekerja di sektor informal. Sektor informal merupakan bagian penting dari kehidupan ekonomi, sosial, dan politik di sebagian besar negara berkembang, serta beberapa negara maju.
Di negara-negara contohnya, dengan tingkat pertumbuhan penduduk atau urbanisasi yang tinggi, sektor informal cenderung tumbuh untuk menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar. Sebagian besar bentuk usaha pada sektor informal merupakan UMKM.
"Dengan tingginya jumlah penduduk perempuan yang bekerja ada di sektor informal, pemberdayaan ekonomi perempuan di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan pengembangan UMKM," kata Rosmaya di JCC, Jakarta, Sabtu, 21 Juli 2018.
Secara kepemilikan, lanjut Rismaya, sebanyak 51 persen jumlah usaha kecil dan 34 persen dari usaha menengah dimiliki oleh perempuan. Ia juga menyebutkan, berdasarkan data Bank Dunia pada 2016 menunjukkan rasio kepemilikan usaha wanita di Indonesia lebih tinggi terutama pada usaha kecil dan menengah (UKM).
Menurutnya, sektor UMKM ini merupakan sektor strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan di Indonesia.
Sebanyak 99,9 persen unit usaha di Indonesia berbentuk UMKM, dengan 98,8 persen dari jumlah UMKM tersebut didominasi oleh usaha Mikro. Selain itu, UMKM juga telah menyerap 96,99 persen tenaga kerja dan menghasilkan 57,6 persen PDB Indonesia. "Melihat kondisi tersebut, perempuan memiliki potensi yang besar sebagai penggerak perekonomian Indonesia melalui UMKM," ujar dia.
Peningkatan kontribusi perempuan terhadap ekonomi meIaIui UMKM diharapkan dapat membantu lndonesia terlepas dari middle income trap dengan mengatasi fenomena missing middle melalui peningkatan jumlah dan produktivitas UMKM.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News