Menko Perekonomian Darmin Nasution (Dokumentasi Setkab).
Menko Perekonomian Darmin Nasution (Dokumentasi Setkab).

Hingga 2019, Pemerintah Upayakan CAD di Bawah 3%

Desi Angriani • 12 Agustus 2019 22:27
Jakarta: Pemerintah mengupayakan defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) berada di bawah tiga persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir 2019.
 
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution menyebut pelebaran CAD dari USD7 miliar menjadi USD8,4 miliar di kuartal II-2019 disebabkan oleh kenaikan defisit migas pada Mei-Juni lalu.
 
"Ya kan ini urusannya bukan hanya migas, tapi arahnya begitu, akhir tahun itu mestinya kurang dari tiga persen," ujarnya seusai rapat terbatas di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin 12 Agustus 2019.

Darmin menjelaskan pemerintah telah melakukan berbagai langkah agar defisit transaksi berjalan sedikit lebih sehat. Salah satunya menghidupkan industri 4.0 maupun hilirisasi pertambangan.
 
"Kita akan menghidupkan betul, baik yang targetnya Kementerian Perindustrian terkait industri 4.0 maupun hilirisasi dari pertambangan, smelter dan sebagainya," ungkapnya.
 
Selain itu, pemerintah juga terus memperluas penggunaan bahan bakar solar campuran minyak kelapa sawit atau biodiesel. Penggunaan biodiesel jenis B20, katanya mampu menurunkan impor solar sebesar 45 persen pada 2019. Dari jumlah itu, pemerintah berhasil menghemat USD1,66 miliar atau setara Rp23,57 triliun.
 
"Kita sedang bereskan beberapa hambatan, nanti kita ceritakan. Kemudian ada CPO, itu juga kita hilirisasi dari perkebunan," pungkas dia.
 
Menteri Keuangan Sri Mulyani menambahkan pihaknya siap mendukung kebutuhan industri dengan memberikan berbagai insentif. Pasalnya, sumber defisit transaksi berjalan berasal dari sektor industri.
 
"Jadi apa yang disampaikan dan dilakukan strategi untuk mengurangi defisit itu melalui kebijakan-kebijakan industri, kebijakan perdagangan, kebijakan investasi itu yang akan kita dukung," katanya.
 
Adapun pelebaran defisit transaksi berjalan disebabkan oleh  penurunan kinerja ekspor ditambah faktor musiman repatriasi dividen atau pembagian keuntungan perusahaan ke luar negeri di paruh kedua tahun ini.
 
Dalam komponen neraca transaksi berjalan, terdapat neraca transaksi perdagangan barang, neraca jasa, neraca pendapatan primer dan juga neraca pendapatan sekunder.
Dari keempat komponen tersebut, pos perdagangan barang dan pendapatan primer adalah dua komponen yang paling menekan transaksi berjalan pada kuartal II-2019.
 
Defisit neraca pendapatan primer di paruh kedua tahun ini mencapai USD8,7 miliar atau meningkat dibanding kuartal II 2018 yang sebesar USD8,02 miliar.
 
Di pos perdagangan barang, setelah tekanan pada ekspor migas, kinerja ekspor nonmigas juga terkontraksi sejalan dampak perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun. Ekspor nonmigas tercatat USD37,2 miliar, turun dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya sebesar USD38,2 miliar.
 
Defisit neraca perdagangan migas juga meningkat menjadi USD3,2 miliar dari USD2,2 miliar pada triwulan sebelumnya, seiring dengan kenaikan rerata harga minyak global dan peningkatan permintaan musiman impor migas terkait hari raya Idulfitri dan libur sekolah.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SAW)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan