"Kami menurunkan target di bawah 10 persen untuk pertumbuhan kredit," ujar Chief Finance Officer, Wan Razly Abdullah di Graha CIMB Niaga, Jakarta, Rabu, 1 Juli 2015.
Dirinya menambahkan, penurunan dari RBB di awal tahun yang berada di posisi di atas 12 sampai 13 persen disebabkan oleh melambatnya perekonomian nasional. "Jadi ekspektasi kami perekonomian melambat di semester II. Tapi kalau ekonomi membaik dengan segala usaha pemerintah, kami akan bangun kembali," lanjut dia.
Namun begitu, Wan melihat kondisi perekonomian saat ini masih sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor global, seperti kegagalan penyelesaian utang Yunani dan ketidakjelasan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dalam menaikan suku bunga mereka.
"Kami harap kondisi global akan membaik, Greece (Yunani) ini satu dua minggu ini akan selesai dengan bantuan dari Jerman misalnya, kami harap mereka tidak keluar dari euro. Karena akibatnya akan ada konsekuensinya kepada negara-negara lain," jelas Wan.
Meskipun kondisi perekonomian masih belum memperlihatkan perbaikan, menurut Wan perusahaan akan tetap mendorong pertumbuhan kredit melalui inovasi-inovasi yang telah diluncurkan.
"Seperti kerja sama dengan KAI, dengan rekening ponsel kami, digital banking, kami akan tetap push. Kami juga telah luncurkan rate-nya untuk KPR yang baru, itu cukup kompetitif di 8,5 persen untuk tahun pertama dan 8,88 untuk tahun kedua, itu fix untuk 10 tahun. Jadi itu promosi kami untuk agresif di market. Hanya demand-nya memang kurang," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News