Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, sebelum direvisi banyak minat investor Korea untuk menginvestasikan pembuatan film dan bioskop. Untuk itu, penawaran akan kembali disodorkan dalam Indonesia-Korea Business Summit, pada 14 Maret 2017.
"Sekarang kan sudah dihapus, kami undang investasi Korea untuk investasi di bioskop karena indonesia kekurangan layar bioskop. Dengan jumlah cukup maka film Indonesia akan maju," ujarnya di Kantor BKPM, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu 8 Maret 2017.
Korea berencana akan memberikan dana hibah senilai sekira USD5,5 juta untuk pembuatan sistem bernama Integrated Box Office System (IBOS). Sistem ini memungkinkan Indonesia bisa mengukur jumlah penonton untuk film yang diproduksi.
"Jadi sistem ini bukan untuk produksi dan distribusi, tapi sebagai keterbukaan informasi pada pelaku perfilman, untuk mengetahui berapa jumlah penonton. Nah teknologi itu khusus dihibahkan dari Korea," jelas dia.
Dirinya menambahkan, sistem yang ada juga akan memudahkan penonton maupun pelaku industri perfilman. Dengan begitu, dirinya yakin jika perfilman Indonesia bisa bersaing dengan film-film yang diproduksi negara lain.
"Jadi nanti dengan sistem ini semua tinggal pencet saja, film apa Laskar Pelangi, lagi main sini, jam segini, penonton segini. Membantu production house juga untuk merencanakan filmnya. Teknologi ini dibutuhkan semua negara," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id