"Ini yang kita harus intervensi," kata Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Kelautan, dan Perikanan Bantul Pulung Haryadi dikutip dari Media Indonesia, Minggu 12 Maret 2017.
Harga gabah di tingkat petani pada musim panen ini berkisar Rp3.100-Rp3.200 per kilogram (kg), padahal sebelumnya berkisar Rp3.800 sampai dengan Rp3.900 ribu per kg Bahkan harga gabah berkualitas tinggi bisa mencapai Rp4.100 per kg.
Penurunan harga gabah petani, kata dia, juga tidak lepas dari peran tengkulak yang selama ini menampung gabah hasil panen petani yang membeli dengan harga lebih rendah karena stok gabah musim ini melimpah.
"Turunnya harga gabah ini sudah sejak awal Maret lalu, jadi 1 Maret sudah mulai turun. Itu juga karena masih ada ketergantungan petani pada tengkulak yang langsung nebas," jelas dia.
Nebas adalah istilah untuk membeli hasil panen pada satu petak sawah dan pembeli memanen sendiri.
Ia mengatakan, penurunan harga gabah seperti yang terjadi pada musim ini memang tidak bisa dicegah, namun upaya yang dilakukan dengan bekerja sama dengan Bulog Yogyakarta untuk menyerap atau membeli gabah petani dengan harga normal.
"Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan adalah kerja sama dengan Bulog yang punya cadangan gudang besar dan uangnya juga banyak, sehingga mereka siap menyerap gabah kapanpun," jelas dia.
Penurunan harga gabah petani ini diperkirakan akan berlangsung selama dua bulan, sehingga diyakini pada awal Mei nanti harga sudah normal, karena banyak petani beralih ke palawija dan lain sebagainya.
Ditanya tentang dana pascapanen guna membantu petani Bantul misalnya membeli gabah petani guna meminimalkan kerugian, Pulung mengatakan selama beberapa tahun terakhir sudah tidak dianggarkan dalam APBD.
"Kalau dulu ada dana pascapanen, tetapi sekarang eranya sudah berbeda, dan sekarang kita memang sudah tidak punya dana itu," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News