Hal tersebut seperti disampaikan Ketua KPPU Syarkawi Rauf kepada Wakil Presiden RI Jusuf Kalla, Senin (14/9/2015). Menurut dia, swasembada yang ditargetkan dalam jangka waktu pendek malah berakibat pada kelangkaan pasokan sapi.
"Yang terlalu cepat ingin mencapai swasembada akibatnya ada kelangkaan, karena swasembada kan impor dikurangi dan ini tidak diimbangi dengan populasi sapi lokal. Ya pastinya langka," terang Syarkawi, di Kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Rauf mengatakan, melihat lima tahun sebelumnya di mana kala itu Presiden RI keenam Susilo Bambang Yudhoyono pun pernah menargetkan hal yang sama ketika periode kedua kepemimpinannya namun tak tercapai. Pihaknya mengimbau agar target yang dibuat untuk jangka menengah atau jangka panjang. Bisa saja dua periode kepresidenan atau 10 tahun agar lebih realistis.
Lagi pula, lanjutnya, untuk menutup impor sangatlah tidak mungkin dilakukan. Apalagi, 70 persen kebutuhan daging ada di Jakarta dan sekitarnya. Sedangkan sentra sapi dalam negeri hanya ada di NTB, Bali, dan Sulawesi Selatan.
Namun, masih kata Syarkawi, untuk membawa sapi dari daerah tersebut ke Jakarta terhambat oleh mahalnya biaya logistik. Bahkan, bisa dikatakan lebih murah membawa sapi dari Australia karena ada kapal khusus pengangkut ternak dibanding dari NTB ke Jakarta dengan kapal-kapal biasa.
"Tapi kita tahu, kita punya masalah logistik yang masih sangat sulit, biayanya mahal. Sehingga semuanya sulit untuk memasok sapi dari luar Jawa ke Jakarta," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News