"Memang untuk nilainya, bisnis garam tidak seberapa, tetapi sebetulnya dampak dari bisnis garam ini luar biasa," kata Sudirman, dalam seminar bertajuk Roadmap 25 Tahun Pembangunan Maritim Indonesia, di Hotel Pullman, Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (31/3/2015).
Menurutnya, kalau saja penambak garam nasional mampu memproduksi kebutuhan dalam negeri sendiri, garam-garam tersebut sangat bermanfaat untuk digunakan pada industri turunan. Selama ini, Indonesia hanya mampu memproduksi kurang lebih satu juta ton garam untuk kebutuhan industri soda, dan juga untuk mengembangkan industri kaca, kertas dan sebagainya.
"Artinya garam ini sangat strategi, dia adalah basis dari pengembangan industri dasar. Kalau tidak dikerjakan dengan baik, industri turunannya tidak akan baik," tuturnya.
Untuk mengembangkan garam, sebenarnya Indonesia memiliki potensi dengan terhamparnya lahan-lahan tambak yang luas. Saat ini yang sudah berproduksi, ada kurang lebih seluas 30.000 hektare (ha). Dalam mendukung swasembada garam nasional, pemerintah akan melakukan upaya ekstensifikasi. Lebih lanjut, diharapkan dengan upaya ekstensifikasi ini, Indonesia mampu menghasilkan 100 ton garam per ha setiap tahunnya.
"Sebenarnya kita bisa memproduksi 3,5 juta ton setiap tahun. Belum lagi, ada lahan 10.000 ha di pantai eks tambak. Indonesia tidak hanya swasembada, tapi juga bisa ekspor," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News